Temuan tersebut diperoleh Dosen IAIN Raden Fatah Palembang, setelah melakukan studi riset komparatif terhadap 2 pesantren di Sumatre Selatan, yakni Pesantren Seribandung dan Pesantren Sriwangi. Hasil riset putra kelahiran Taraman (OKU Timur) ini dituangkan dalam karya disertasinya untuk memperoleh gelar Doktor bidang Ilmu Agama Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, dan dipresentasikan di Gedung Convention Hall, Kamis, 17 November 2011. Disertasi berjudul “Kesinambungan dan Perubahan Sistem Pendidikan Pesantren (Studi Perbandingan Pesantren Seribandung dan pesantren Sriwangi Sumatera Selatan)” dipertahankan di hadapan tim penguji antara lain : Prof. Dr. H. Bahri Ghazali, MA., Prof. Dr. H. Nizar Ali, M. Ag., M. Agus Nuryatno, MA., Ph.D., Prof. Dr.n H. Anik Ghufron, MA., Prof. Dr. Hj. Siti Partini Suardiman, SU., (promotor merangkap penguji), Prof. Dr. H.Iskandar Zulkarnaen, (promotor merangkap penguji).
Menurut promovendus, dengan segala perbedaanya, Pesantren Seribandung (mewakili pesantren tua dengan akar tradisi Sumatera) dan Pesantren Sriwangi (mewakili pesantren yang masih muda dengan akar tradisi Jawa), keduanya ternyata memiliki kesamaan-kesamaan antara lain : Kesinambungan sistem pendidikan pesantren keduanya tetap mempertahankan posisi kyai sebagai pemimpin pesantren, kitab kuning sebagai kurikulum pesantren, menerapkan metode active learning, memberikan ijasah sebagai pengakuan keilmuan pesantren, keduanya terus melakukan perubahan-perubahan pembelajaran secara berkesinambungan. Hanya saja perubahan-perubahan sistem pmbelajaran pada Pesantren Seribandung berlangsung cepat dan dipengaruhi oleh interaksinya dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi, baik yang berada di Indonesia maupun perguruan tinggi dari negara-negara lain. Sementara proses perubahan Pesantren Sriwangi terjadi sangat lamban, terkesan sangat hati-hati dan proses perubahannya dipengaruhi oleh interaksinya dengan organisasi pesantren dan lembaga pemerintah.
Dari temuan riset disertasinya ini, Munir berharap, dengan segala persamaan dan perbedaan karakteristik pesantren di Sumatera Selatan, pesantren apapun karakteristiknya, hendaknya tetap mempertahankan keberadaan kyai sebagai pimpinan pesantren dan pengasuh pengajian kitab, serta menjadi sumber tradisui pesantren. Karena bagaimanapun juga, para santri yang pada umumnya berusia remaja, memerlukan seorang figur yang menjadi ukuran kebenaran dan kebaikan sistem nilai di pesantren. Pesantren, demikian harap promovenmdus, hendaknya tetap mempertahankan pengembangan tarekat dan tasawuf, karena telah terbukti memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat pendukung pesantren dalam pencerahan spiritual dan sekaligus sebagai jaringan dalam perikrutan santri baru. Terhadap perguruan tinggi, promovendus berharap, memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi dunia pesantren, baik bagi para santri maupun pendidiknya agar dapatt mengikuti studi di perguruan tinggi, karena telah terbukti perguruan tinggi bayak memberikan andil keilmuan dan dorongan kemajuan pesantren, serta dalam hal pengembangan SDM pesantren, jelas promovendus.
(Sumber: Humas UIN-SUKA)