Promovendus

:

Alma'arif (1530016025)

Judul Disertasi

:

RELASI KUASA-PENGETAHUAN PEMIKIRAN HADIS AL-GAZZALI

Promosi

:

Kamis, 13 Mei 2019, Pukul: 14.00 - 15.30 WIB.
Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
     

Promotor

:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah, M.A.
2. Dr. H. M. Alfatih Suryadilaga, M.Ag.
                                         

Penguji

 

:

 

1. Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag.                                 
2. Dr. Hj. Nurun Najwah, M.Ag.                                                      
3. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd.               
4. Prof. Dr. Phil. Al Makin, M.A.                   

 

Abstraksi

 

:

 

Alma’arif, 2019. “Relasi Kuasa-Pengetahuan Pemikiran Hadis al-Gazaali”. Disertasi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Pemikiran al-Gazzali dari berbagai macam bidang keilmuan telah diteliti secara intens dan mendalam oleh para peneliti, kecuali pemikirannya dalam bidang hadis yang belum diteliti secara detail dan mendalam; apalagi pemikiran hadisnya dikaitkan dan dianalisis dengan relasi kuasa-pengetahuan untuk membongkar perselingkuhan pemikiran hadisnya dengan kekuasaaan. Sedikit perhatian para peneliti terhadap pemikiran hadis al-Gazzali karena masih banyak yang percaya dengan anggapan beberapa lama yang menyatakan bahwa al-Gazzali lemah dalam ilmu periwayatan (hadis). Maka, penelitian ini dilakukan untuk membantah anggapan bahwa al-Gazzali lemah dalam ilmu hadis dengan cara meneliti konsep teoritis ilmu hadis al-Gazzali kemudian dibongkar dengan relasi kuasa pengetahuan.

Ada dua teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sejarah intelektual dan teori relasi kuasa-pengetahuan Foucault. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sejarah, pendekatan sosiologi dan pendekatan filsafat. Adapun metode sebagai teknik dan prosedur penelitian yang diaplikasikan adalah metode dinamis, interaktif dan kondisi-kondisi sinkronik dalam sebuah konteks yang diakronis; metode interaktif dengan cara mengungkap gerak perkembangan intelektual seseorang atau kelompok sebagai akibat dari pergulatan dinamis antara masa lalu dan masa kini, antara dan di dalam beragam tradisi politk dan intelektual, serta antara beragam arena relasi–kuasa; dan metode intertekstual dengan cara menginterpretasikan teks-teks yang ada, mengeksplorasi dan menafsirkan ujaran-ujaran intelektual yang diteliti untuk menemukan signifikansi-signifikansi dari relasi-relasi antarteks dan ujaran-ujaran yang ada.

Penelitian ini memperoleh temuan bahwa proses terbentuknya intelektual al-Gazzali menjadi seorang ensiklopedis terkait dengan patron yang kompleks baik eksternal berupa kontestasi dan pertarungan kekuasaan (social-politik) dan agama (kontestasi teologi) maupun internal yang berasal dari dalam diri al-Gazzali sendiri. Konsep teoritis ilmu hadis al-Gazzali lebih banyak menggunakan pendekatan dan metode jika dibandingkan dengan ilmu hadis ulama hadis, namun tetap saja al-Gazzali masih terkungkung dalam episteme sebagaimana ulama Sunni yang lain pada waktu itu. Penampakan diri al-Gazzali sebagai intelektual yang unggul setelah melalui proses yang panjang memunculkan otoritas dan kekuasaan ketika ia masih hidup dan masih terus berlangsung setelah kewafatannya. al-Gazzali sebagai orang yang memiliki otoritas senantiasa memproduksi diskursus dalam bingkai Sunni Asy’ari karena memang ia menjadi proxy war intelektual Sunni Asy’ari terhadap kelompok non-Sunni (Syi’ah Isma’iliyyah al-Batiniyyah dalam Dinasti Fatimiyyah di Mesir). Pemikiran ilmu hadis al-Gazzali pada hakikatnya untuk memperjuangkan rezim kebenaran Sunni Asy’ari karena dalam rezim kebenaran Sunni Asy’ari, akal dan nass (al-Qur’an dan hadis Nabi) adalah dua hal yang menjadi dasar agama sehingga wajib dipertahankan dan diperjuangkan dasar agama sehingga wajib dipertahankan dan diperjuangkan. al-Gazzali sebagai proxy war intelektual pertarungan antara Sunni Asy’ari dan Syi’ah Isma’iliyyah al-Batiniyyah yang didukung penuh oleh kaum filosof sangat menyadari urgensi penggunaan logika dan filsafat termasuk dalam ilmu hadis, sebab kaum filosof tidak akan menerima penjelasan apa pun tanpa dengan logika dan filsafat yang kuat. Rezim kebenaran ini sebenarnya yang mempengaruhi paradigma epistemic ilmu hadis al-Gazzali sehingga berbeda dengan ilmu hadis dari ulama hadis. Ini sekaligus membuktikan bahwa ilmu pengetahuan memiliki relasi dengan kekuasaan. Dalam penjelasan ilmu hadis, al-Gazzali selalu menuntut pengetahuan sampai pada daruri (pasti dan meyakinkan) melalui qarinah (evidensi-sirkumtansial). Penjelasan al-Gazzali dalam ilmu hadisnya tersebut bisa digunakan untuk mengembangkan ilmu hadis era kini dengan cara menggunakan banyak pendekatan agar mendapatkan qarinah-qarinah untuk mencapai daruri sehingga studi ilmu hadis menjadi lebih kuat dan lebih holistic-komprehensif

 

Kata kunci: Otoritas, Kekuasaan, rezim Kebenaran, Diskursus, Qarinah, Daruri