Promovendus |
: |
Imam Ibnu Hajar (09.34.721)
|
Judul Disertasi |
: |
SIKAP NON-KOOPERATIF DAN KOOPERATIF KH HASYIM ASY'ARI TERHADAP PENJAJAH BELANDA DAN JEPANG (1905-1947) |
Promosi |
: |
Jum'at, 28 Juni 2019, Pukul: 14.00 - 15.30 WIB. Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga |
Promotor |
: |
1. Prof. Dr. H. M. Abdul Karim, M.A. |
Penguji
|
:
|
1. Prof. Dr. H. Machasin, M.A. 2. Prof. Dr. Djoko Suryo. 3. Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M.Si 4. Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. |
Abstraksi |
: |
Disertasi ini mengkaji tentang sikap kooperatif dan non-kooperatif KH Hasyim Asy’ari terhadap Penjajah Belanda dan Jepang, yang dimulai tahun 1905 sampai 1947. Permasalah pokoknya adalah; 1) Mengapa KH Hasyim Asy’ari bersikap kooperatif dan non-kooperatif terhadap Penjajah Belanda dan Jepang? 2) Bagaimanakah bentuk sikapnya tersebut?, dan 3) Apa tujuannya bersikap non-kooperatif dan kooperatif terhadap mereka? Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, bersifat deskriptif analisis, yaitu memberikan gambaran upaya KH Hasyim Asy’ari dalam bersikap terhadap penjajah, berdasar atas beberapa kebijakan mereka terhadap agama dan bangsa. Selanjutnya menganalisis tujuan dari sikapnya tersebut, yang diekspresikan baik melalui tindakan dan fatwa-fatwanya, maupun keputusan PBNU. Penelitian ini meminjam Teori Aksi T. Parsons dan Teori Identitas Sosial H. Tajfer dengan pendekatan biografis dan sosiologis, serta menggunakan metode sejarah Louis Gottschalk yang meliputi empat tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1). KH Hasyim Asy’ari bersikap non-kooperatif atau kooperatif terhadap penjajah disebabkan pelaksanaan politik dan kebijakan mereka terhadap Pribumi. Berbagai kebijakan Belanda, utamanya pada masalah ekonomi dan agama, banyak menimbulkan resistensi dari rakyat, khususnya umat Islam. Namun bersikap kooperatif terhadapnya pada waktu tertentu tidak dapat dihindarkan, karena mereka adalah penguasa. Sementara itu, kepada Jepang, Selain Saikeire yang ia tentang, penerapan politik dengan berbagai macam kebijakannya dapat ia terima, khususnya yang berpotensi menguntungkan golongan Islam., 2). Bentuk sikapnya sangat terkait dengan situasi dan kondisi, selain dalam soal agama, yang sikapnya sangat jelas dan tegas. Pada masa Belanda, bentuk sikapnya ia ekspresikan dalam berbagai macam tindakan dan fatwa, terkadang juga melalui keputusan PBNU. Sementara itu, pada masa Jepang sikap non-kooperatifnya ia ekspresikan dengan fatwa, sedang sikap kooperatifnya dengan terlibat di dalam pemerintahan dan badan-badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang., 3). Tujuan bersikap radikal terhadap Belanda adalah untuk menjaga agama, mempertahankan identitas budaya, harga diri bangsa, kemerdekaan, dan kedaulatan negara. Ia bersikap radikal terhadap Penjajah Jepang untuk menjaga kemurnian agama, serta bersikap moderat untuk keselamatan, keberlangsungan, dan keberhasilan perjuangan. Semua sikapnya dilandasi atas teologi dan nasionalisme-nya yang relijius, dan pertimbangan sosiologis. Akhirnya, sebagai sebuah temuan, KH Hasyim Asy’ari membuktikan bahwa, ternyata teologi keagamaan itu paralel dengan semangat kebangsaan, bahkan menjadi dasar patriotisme dan nasionalisme dalam menentang penjajah. Itulah sebabnya, ia memandang bahwa agama, bangsa, dan negara tidak dapat dipisahkan. Negara adalah tempat tumbuh kembangnya agama, dan agama tidak akan mulya kalau bangsa dan negara dalam keadaan terhina atau terjajah. |