Promovendus |
: |
Nur Saidah (09.34.707)
|
Judul Disertasi |
: |
KALIGRAFI ARAB DI BANGUNAN KERATON DAN MASJID GEDHE KERATON YOGYAKARTA ABAD XVIII M - XXM (Telaah Sejarah Seni Budaya) |
Promosi |
: |
Kamis, 22 Agustus 2019, Pukul: 09.00 - 11.30 WIB. Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga |
Promotor |
: |
1. Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M.Si. |
Penguji
|
:
|
1. Prof. Dr. H. Machasin, M.A. 2. Prof. Dr. H. Sjafri Sairin, M.A. 3. Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum. 4. Dr. Islah Gumian, M. Ag. |
Abstraksi |
: |
Kaligrafi Arab di bangunan Keraton Yogyakarta dan Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta yang muncul pada kisaran abad XVIII – XX M merupakan fenomena sejarah persebaran agama dan kebudayaan Islam yang unik. Sebagian besar kaligrafi tersebut distilisasi (stylize) sedemikian rupa, sehingga dalam pandangan sekilas seperti bukan kaligrafi Arab. Kemunculannya dalam masyarakat di lingkungan Keraton Yogyakarta dan Masjid Gedhe Keraton yang kuat memegang kebudayaan Jawa juga tidak lazim. Atas dasar ini peneliti terdorong untuk mengkaji kaligrafi Arab di Keraton dan Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta.. Penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan pendekatan kesenian dan kebudayaan menggunakan teori khaṭ Arab, diperkuat teori semiotik Rolland Barthes. Dalam hal ini peneliti mencari central concept yang dapat merangkai pola kehidupan, kesenian dan arah berpikir suatu zaman, dengan dipandu pemahaman makna kaligrafi Arab secara semiotis Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, faktor munculnya kaligrafi Arab, secara internal, karena dorongan Sultan HB I untuk membangun kembali kerajaan Mataram Islam, dukungan serta peran para sultan, bangsawan, ulama, dan abdi dalem yang secara ideologis mengembangkan seni Keraton dengan menghindari bentuk-bentuk figuratif. Secara eksternal, adanya pengaruh perkembangan ragam hias lokal dan kaligrafi Arab di dunia Islam, serta unsur politik, yaitu keinginan menunjukkan eksistensi keraton. Kedua, Ragam kaligrafi Arab meliputi hiasan di saka/pilar bangunan utama keraton dan saka serta dinding masjid, prasasti dan patung simbolik. Jenis tulisan yang digunakan adalah naskh, ṡuluṡ, ṡuluṡ jalī ma’kūs, yang merupakan jenis khaṭ terkenal saat itu dan figural/stilistik, serta simbolik non tulis, pembauran yang khas antara local genius dengan khaṭ islami. Dari aspek makna ada kekhasan makna berpadu dengan mitos yang merupakan pergeseran makna dari konsep budaya Jawa, Hindu dan Budha menjadi makna dalam konsep Islam dan berfungsi sebagai ekspresi spiritual yang memuat unsur politis. Isi teksnya berupa: a) ayat Al-Qur’an, b) ḥadiṡ Nabi Muhammad SAW, c) simbol dan prasasti, d) lafadz jalalah dan nama-nama tokoh panutan. Fungsinya, 1) fungsi perlambangan; meliputi fungsi prasasti, media ibadah dan dakwah, media pendidikan, simbol keagungan dan eksistensi keraton, dan 2) fungsi dekoratif estetis; mencakup fungsi penghias, ekspresi seni, dan warisan kultural. Ketiga, dari pemilihan tanda verbal/isi kaligrafi, gaya dan fungsinya menunjukkan adanya kecenderungan sporadis dan simbolistik pengukuhan Keraton Yogyakarta sebagai lembaga politik yang melanjutkan misi keislaman Kerajaan Mataram Islam dengan corak Islam dalam perspektif Jawa. Pengukuhan ini merupakan kelanjutan dari upaya mensintesakan mistisisme Islam dengan mistisisme Jawa yang telah dilakukan Sultan Agung. Corak tersebut diisyaratkan dalam kaligrafi Putri Mirong yang bermakna malu-malu menunjukkan keislamannya. Corak tersebut berimplikasi pada seluruh aktivitas keraton, baik upacara tradisi maupun pola keagamaannya yang menunjukkan pertalian erat antara unsur Islam dan tradisi Jawa. Kata Kunci: Kaligrafi Arab, Keraton Yogyakarta, Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta, Abad XVIII – XX M. |