Promovendus |
: |
Lukis Alam (1530016020) |
Judul Disertasi |
: |
SEKOLAH ISLAM ELIT, INTEGRASI KURIKULUM DAN ASPIRASI PENDIDIKAN KELAS MENENGAH MUSLIM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA |
Promosi |
: |
Kamis, 26 September 2019, Pukul: 13.00 - 14.30 WIB. Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga |
Promotor |
: |
1. Prof. Noorhaidi, M.A., M.Phil., Ph.D. |
Penguji
|
:
|
1. Prof. Dr. H. Anik Ghufron, MA. 2. Prof. Dr. Hj. Maizer Said Nahdi, M.Si 3. Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M.Si. 4. Dr. Hj. Sri Sumarni, M.Pd. |
Abstraksi |
: |
Sekolah Islam elite menjadi model pendidikan yang diminati kelas menengah perkotaan. Sekolah ini muncul pertama kali di era 60-an dengan berdirinya YPI Al-Azhar. Seiring berjalannya waktu, bermunculan juga sekolah Islam serupa di berbagai kota di Indonesia. Karakteristik sekolah ini, di samping berbiaya mahal, juga memiliki fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan sekolah milik pemerintah. Oleh karena itu, hanya kalangan menengah atas yang memiliki kecukupan finansial yang mampu menyekolahkan anak-anak mereka ke institusi pendidikan semacam ini. Dengan berkembangnya Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan sekaligus sebagai fertile ground dari investasi ekonomi yang ditandai dengan peningkatan jumlah pusat perbelanjaan dan jalur transportasi antar propinsi, sekolah swasta kemudian banyak didirikan untuk memfasilitasi harapan dari kelompok menengah atas, tanpa kecuali para keluarga Muslim. Berbasis permasalahan ini, disertasi ini berupaya untuk mengkaji permasalahan tersebut. Tiga pertanyaan utama yang ingin dikaji dalam disertasi ini antara lain: (1) Mengapa sekolah Islam elite muncul dan berkembang di Yogyakarta? (2) Bagaimana karakteristik sekolah-sekolah Islam elite di Yogyakarta? (3) Mengapa kelas menengah muslim menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah Islam elite? Teori-teori yang melandasi kajian ini adalah teori Habitus dari Pierre Bourdieu dan aspirasi pendidikan kelas menengah dari Christoper J. Crook. Kedua teori ini diaplikasikan untuk melihat secara kritis pertumbuhan dan perkembangan sekolah Islam elite sebagai bagian dari dinamika pendidikan Islam modern. Kehadiran lembaga ini telah memberikan dan memfasilitasi ruang sosial kepada kelas menengah muslim di perkotaan untuk menentukan sekolah mana yang sesuai dengan ekspektasi sosial mereka dan menjadi alternatif pendidikan Islam di luar madrasah dan pesantren Keseluruhan temuan penelitian diperoleh melalui pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data baik dari literatur maupun field work. Literatur bersumber dari studi-studi pendahuluan terhadap disertasi, jurnal, media cetak, dan dokumen-dokumen penting yang dikeluarkan baik berupa buku maupun makalah dari ketiga sekolah tersebut. Pengumpulan data lapangan melalui (1) observasi, (2) wawancara mendalam, dan (3) dokumentasi. Data lapangan diambil dari tiga Sekolah Islam elitedi Yogyakarta yang menjadi subjek penelitian ini. Temuan dalam penelitian ini menegaskan bahwa kemunculan sekolah Islam elite di Yogyakarta dilatarbelakangi oleh kepentingan para aktor yang ingin menghadirkan lembaga pendidikan Islam berkualitas, tetapi tetap sejalan dengan kebijakan pendidikan nasional. Karakteristik Al-Azhar Yogyakarta sebagai sekolah Islam elite non-partisan menegaskan bahwa sebagai lembaga pendidikan Islam modern yang mencoba menarasikan pemahaman Islam moderat dan tidak terafiliasi pada ideologi tertentu. Sedangkan Budi Mulia Dua mencoba menghadirkan pendidikan Islam yang mengedepankan egaliterianisme, inklusivitas, yang mencoba menampilkan nilai-nilai keislaman secara substantif. Namun, tidak melupakan kewajiban terhadap sesama manusia. BIAS (Bina Anak Sholeh) mencoba mengargumentasikan sebagai sekolah Islam elite yang mengkonstruksikan sebagai lembaga pendidikan Islam yang tetap berpijak pada keseimbangan transformasi pengetahuan agama dengan Sistem Pendidikan Nasional. Dalam perkembangannya, sekolah Islam elite telah berhasil memposisikan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang berhasil mengintegrasikan pengajaran umum dan pengetahuan agama dengan tetap mengakomodir Sistem Pendidikan Nasional. Kehadiran sekolah Islam elite turut memicu kesadaran kelas menengah dalam mengaktualisasikan simbol dan identitas agama di ruang publik dan menganggap sekolah Islam bagian dari investasi kesalehan dalam menanamkan moral dan etika kepada putra-putri mereka sesuai dengan ajaran agama.
|