Promovendus |
: |
Muhammad Akmaluddin, S.Th.I., M.S.I (1630016008) |
Judul Disertasi |
: |
KUASA JARINGAN KEILMUAN, DAN ORTODOKSI: DISKURSUS HADIS DI AL-ANDALUS ABAD II/VIII - III/IX. |
Promosi |
: |
Rabu, 20 November 2019, Pukul: 13.00 - 14.30 WIB. Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga |
Promotor |
: |
1. Prof. Dr. Phil. Almakin, S.Ag., M.A. |
Penguji
|
:
|
1. Prof. Noorhaidi, M.A., M.Phil., Ph.D 2. Prof. Dr. H. Machasin, M.A. 3. Dr. Ja'far Assegaf, M.A. 4. Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag. |
Abstraksi |
: |
Perbedaan diskursus hadis antara Timur dan al-Andalus mencerminkan persaingan dan perebutan otoritas pengetahuan. Pada abad II/VIII — III/IX, diskursus hadis di Timur dikuasai mazhab Ḥanafī dan Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, sedangkan mazhab Mālikī dan Muwaṭṭa Mālik menguasai al-Andalus. Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama hingga melahirkan ortodoksi yang menguasai dan mendominasi pengetahuan. Dampaknya mazhab Mālikī dan Muwaṭṭa Mālik mendominasi diskursus hadis dan melakukan pembatasan pengetahuan. Untuk membahas permasalahan tersebut, penelitian ini akan membahas tiga hal, yaitu 1) kuasa dan jaringan keilmuan dalam diskursus hadis, 2) bentuk dominasi mazhab Mālikī yang melahirkan ortodoksi dan mempengaruhi diskursus hadis, dan 3) pengaruh kuasa, jaringan keilmuan dan ortodoksi pada abad selanjutnya. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif historis. Untuk melihat ortodoksi dan dominasi yang ada, penelitian ini menggunakan teori ortodoksi dan dominasi Pierre Bourdieu. Penelitian ini menghasilkan tiga temuan. Pertama kuasa pengetahuan di al-Andalus menunjukkan adanya kebijakan untuk memperkuat fikih dan legitimasi kekuasaan. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas politik serta membangun dasar pengetahuan. Banyaknya jaringan keilmuan yang mendukung mazhab Mālikī menyebabkan dominasi dan kuasa Muwaṭṭa Mālik atas diskursus hadis. Kedua bentuk dominasi mazhab Mālikī antara lain berupa prioritas Muwaṭṭa Mālik, sensor dan larangan kajian selain Muwaṭṭa Mālik, taklid, penguasaan atas arena diskursus fikih dan kanonisasi hadis. Dominasi tersebut menyebabkan despotisme terhadap muḥaddiṡūn. Mereka mengalami persekusi, baik secara fisik maupun psikis. Mereka kemudian melakukan perlawanan terhadap dominasi mazhab Mālikī melalui karya dan perdebatan intelektual. Jaringan keilmuan yang datang belakangan menunjukkan adanya dukungan terhadap perlawanan muḥaddiṡūn. Terakhir perlawanan muḥaddiṡūn atas dominasi mazhab Mālikī dimulai dari perebutan wacana, kanonisasi hadis hingga penguasaan arena pengetahuan. Jaringan keilmuan dan karya hadis setelah abad III/VIII menggerus dan menggeser dominasi mazhab Mālikī serta Muwaṭṭa Mālik. Dampaknya, fatwa Mālikī dan kajian Muwaṭṭa Mālik harus bersinggungan dengan hadis dan mazhab lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa diskursus hadis di daerah periferal dipenuhi konflik dan perjuangan kelompok. Jaringan keilmuan dan kanonisasi kitab hadis juga mempengaruhi diskursus hadis. Di samping itu, pemahaman atas makna hadis lebih dipentingkan daripada validitas riwayat dan kritik rawi di daerah periferal. Penelitian ini juga membuktikan adanya relasi kuasa dan pengetahuan, legitimasi kekuasaan, lokasi kawasan dan jaringan keilmuan dengan perkembangan pengetahuan hadis. Kata kunci: diskursus hadis, jaringan keilmuan, ortodoksi, Muwaṭṭa Mālik, al-Andalus |