Promovendus

:

Abdul Hopif, S.Pd.I., M.Ag (1330016027)

Judul Disertasi

:

KULTUR RELIGIUS SEKOLAH DAN MADRASAH: Studi Kasus di SMAN 5 Yogyakarta dan MAN 1 Yogyakarta.

Promosi

:

Senin, 27 Januari 2020, Pukul: 09.00 - 11.30 WIB.
Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
     

Promotor

:

1. Prof. Dr. H. Abdul Munir Mulkhan, SU.
2. Dr. H. Radjasa, M.Si.
                                         

Penguji

 

:

 

1. Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum.                                 
2. Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M.Si.                                                      
3. Dr. H. Subiyantoro, M.Ag.             
4. Dr. Eva Latipah, M.Si.                  

 

Abstraksi

 

:

 

Tumbuhnya aktivitas dan semangat keagamaan di ruang publik sekolah dan madrasah sempat dicurigai sebagai gejala munculnya pemahaman sikap intoleran bahkan paham radikalisme. Namun, aktivitas keagamaan tersebut justru diklaim cukup memberikan implikasi positif terhadap kultur sekolah dan madrasah – lingkungan yang kondusif sebagai lembaga pendidikan. Disertasi ini mengungkap faktor-faktor penyebab munculnya semangat keagamaan, jenis dan ragam aktivitas religius yang menjadi kultur religius sebagai jalan hidup sebuah komunitas, serta sikap intersubjektivitas keagamaan peserta didik yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, pendekatan sosiologi, dengan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi, wawancara. Teori yang digunakan adalah teori habitus, modal, arena/ranah dan praktik. Teori tersebut sangat relevan untuk membaca kultur religius sekolah dan madrasah.

Temuan dari penelitian yang sudah dilakukan di SMAN 5 Yogyakarta dan MAN 1 Yogyakarta adalah: Pertama, penyebab tumbuhnya semangat keagamaan di sekolah dan madrasah adalah; karena berfungsinya modal agama (religius capital) aktor pendidik dalam menyikapi persoalan di lembaga pendidikan terkait aktivitas keagamaan, perjumpaan peserta didik dan alumni dengan aktivitas dan semangat ke-Islaman kalangan Muslim menengah, munculnya budaya komunal di tingkatan peserta didik dan alumni terkait aktivitas keagamaan (semangat berdakwah) di sekolah dan madrasah. Kedua, pendorong tumbuhnya kultur religius di sekolah dan madrasah adalah; habitus dan fungsionalisasi modal agama (religious capital) sebagai sikap kritis aktor terhadap realitas keagamaan di sekolah dan madrasah yang semangatnya tertransmisikan – secara terstruktur tersampaikan kepada warga sekolah dan madrasah, nilai pragmatis dari modal agama (religious capital) yang terpraktekkan menjadi kultur religius memberikan manfaat bagi warga sekolah dan madrasah, seperti lingkungan sekolah menjadi lebih kondusif dan nyaman untuk belajar. Ketiga, secara umum peserta didik SMAN 5 dan MAN 1 memiliki sikap intersubjektivitas yang baik. Mereka sangat menghargai perbedaan dan keberagaman, sehingga secara umum mereka adalah peserta didik yang toleran. Sikap intersubjektivikasi SMAN 5 lebih disebabkan karena pengalaman mereka dalam berinteraksi di lingkungan yang lebih beragam dan heterogen, sementara MAN 1 lebih pada pengetahuan tentang sikap keberagaman dan toleransi.

 

Keyword: Kultur Religius, Modal Agama, Habitus,  Intersubjektivitas.