Penerjemahan Alquran di Indonesia telah melalui proses sejarah yang cukup panjang sebagai bentuk interaksi umat Islam dengan kitab sucinya.  Seperti halnya tafsir Alquran yang penuh dengan corak ragam, penerjemahan Alquran pun sarat dengan dinamika hingga polemik. Mulai dari persoalan legitimasi penerjemah, hukum menerjemahkan, ideologi dan paham keagaaman penerjemah yang mempengaruhi terjemahan, penggunaan bahasa daerah dalam menerjemahkan Alquran, hingga  kehadiran terjemahan para Orientalis di Indonesia.

Dinamika tersebut membuat diskursus penerjemahan Alquran di Indonesia menarik untuk diteliti dan dikaji secara mendalam. Inilah yang mendorong Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bekerjasama dengan Departement of Islamic Studies, Albert-Ludwigs-Universität Freiburg, Jerman menggelar wokshop dan konferensi internasional dengan tajuk “The Translation of the Qur’an in Indonesia” yang berlangsung pada 30-31 Juli 2018 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Konferensi ini melibatkan para pakar, peneliti, dan akademisi yang konsen terhadap kajian penerjemahan Alquran dan teks-teks keagamaan klasik dari dalam dan luar negeri. Di antaranya adalah Prof. Johanna Pink (Alberd-Ludwig--Universität Freiburg), Fadhli Lukman, M.A. (Kandidat Doktor dari di Alberd-Ludwig--Universität Freiburg), Dr. Faried F. Saenong (JD Stout Research Centre, Victoria University of Wellington), Prof. Al Makin (Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga), Dr. Moch. Nur Ichwan (Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga), Dr. Jajang A. Rohmana (UIN Sunan Gunung Djati Bandung), dan Wardatun Nadhiroh, M.Hum (UIN Antasari Banjarmasin).

Selain narasumber tersebut, panitia juga menyeleksi lebih dari 80 paper yang dikirimkan peserta. Puluhan paper itu berisi hasil penelitian tentang terjemahan Alquran dari berbagai wilayah di Indonesia baik dari segi tujuan penerjemahan, relevansi sosial politik, dimensi linguistik dalam pengalihan bahasa Arab ke bahasa-bahasa daerah, serta aspek konflik yang terkait terjemahan Alquran. Dari jumlah itu, panitia menetapkan 28 paper terbaik untuk dipresentasikan. Konferensi ini juga dihadiri ratusan partisipan, terdiri dari mahasiswa S1, S2, dan S3 dari berbagai perguruan tinggi.

Dalam sambutannya memakili Departement of Islamic Studies, Albert-Ludwigs-Universität Freiburg, Prof. Johanna Pink mengungkapkan kekagumannya atas penerjemahan Alquran di Indonesia yang menurutnya unik. “Penerjemahan Alquran di Indonesia itu tidak mono-language, namun ada banyak bahasa lokal. Belum lagi produk terjemahan Alquran yang dipengaruhi oleh modernisme, penafsiran tertentu, kepentingan politik dan ideologi penerjemah,” ungkap profesor bidang studi Islam ini.

Sementara Direktur Pascasarjana, Prof. Noorhaidi Hasan, mengatakan, kajian-kajian tentang terjemah Alquran di Indonesia masih tergolong minim. Karena itu, konferensi ini diharapkan bisa memantik kajian-kajian terbaru seputar terjemah Alquran di Indonesia secara massif dan luas. Direktur juga menyampaikan, dari 28 paper terpilih akan disaring lagi untuk diterbitkan menjadi buku oleh penerbit di luar negeri. Sebagiannya akan diterbitkan di jurnal-jurnal terakreditasi di Indonesia.