Menurut Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Antasari Banjarmasin ini, ke-lima faktor kunci sukses dan barokahnya suatu usaha tersebut diperoleh setelah dirinya melakukan penelitian eksploratif terhadap para pengusaha Muslim Alabio yang sukses di wilayah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Putra kelahiran Batakan ini telah melakukan riset terhadap para pengusaha-wirausahaan muslim, dengan melakukan wawancara dan observasi, studi dokumen dan data kesejarahan, serta di analisis secara kualitatif. Hasilnya menjadi karya disertasi untuk memperoleh gelar Doktor bidang Ilmu Agama program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, dan di presentasikan di ruang Promosi Doktor Gedung Convention Hall kampus setempat, Jum’at 09 Desember 2011. Karya disertasi berjudul “Eksplorasi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Bisnis Wirausahawan Muslim Alabio” di pertahankan di hadapan tim penguji yakni Prof. Dr. Hadri Kusuma, M.B.A., Dr. Musnen Ardiansyah, S.E., M.Si., Drs. Agus Triyanta, M.A., M.H., Ph.D., Drs. H. Syafiq Mahmadah Hanafi, M.Ag., Prof. Dr. H. Musa Asy’arie (Promotor/Anggota Penguji), Dr. M. Fakhri Husein, S.E., M.Si. (Promotor/Anggota Penguji).
Lebih lanjut Promovendus memaparkan, dari hasil wawancara dan pengumpulan data kesejarahan tentang perjuangan para pengusaha di kota Banjarmasin di temukan juga fakta bahwa kekerabatan dan kerjasama yang baik diantara mereka menjadi pilar penyangga bagi berfungsinya faktor-faktor yang lain yang berimplikasi terhadap maju dan berkembangnya bisnis islami. Wawancara dan data juga menunjukkan bahwa 4 faktor yang lain juga menunjukkan keunggulannya masing-masing yang tidak bisa ditinggalkan, jika bisnis Islam ingin berkembang pesat. Jadi faktor penentu bisa berkembangnya bisnis Islam adalah kolaborasi multi faktor. Dari hasil temuan disertasi ini, kata Muhaimin, menunjukkan bahwa, pendidikan formal belum bisa berkorelasi terhadap keberhasilan bisnis (demikian juga halnya dengan Bisnis Islam). Faktor penentu keberhasilan bisnis islami adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap aturan-aturan agama, kerja keras, kedisiplinan, kepiawaian menjalin jaringan dan kerjasama kekerabatan, kepiawaian memenej modal dan keberanian mengambil resiko. Maka kebijakan program pengembangan Pendidikan Ekonomi Islam hendaknya diarahkan pada upaya-upaya sinergis antara transfer of knowledge (pendalaman teori-teori ekonomi) di satu sisi dan transer of entrepreneurship value pada sisi lain. Penekanan pada hal yang terakhir bertujuan agar sikap kemandirian ekonomi menjadi salah satu barometer keberhasilan proses pendidikan tinggi Prodi Ekonomi Islam, papar Promovendus.
(sumber: Humas-UIN)