Ruslan (32 tahun) mengatakan, perubahan sosial yang terus dan pasti terjadi, turut mempengaruhi pendidikan Islam. Karena itu pendidikan Islam perlu meresponnya, agar kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan Islam tersebut terpenuhi. Jika itu tidak dilakukan oleh para pakar dan penentu kebijakan bidang pendidikan di negeri ini, maka kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan Islam akan semakin menyusut. Sebagai “Futurolog” pendidikan, Malik Fadjar memiliki pemikiran-pemikiran yang responsif terhadap perubahan sosial masyarakat. Pemikiran pendidikan Islam Malik Fadjar bersifat Antisipatif-Akomodatif. Artinya, pemikiran pendidikan Islam Malik Fadjar mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan dan menerima perubahan-perubahan yang bersumber dari luar secara selektif. Pendidikan Islam yang dapat mengantisipasi perubahan adalah yang berorientasi masa depan (future oriented), dengan menjadikan problem-problem kekinian sebagai telaah untuk menganalisis perubahan di masa mendatang. Perubahan-perubahan 5-10 tahun ke depan tidak lepas dari perhatian pemikiran Malik Fadjar. Dalam pemikirannya, Malik Fadjar juga memperhatikan keterkaitan antara pendidikan Islam dan konsepsi umat terbaik (khaira ummah). Yakni peningkatan kesadaran, berwawasan luas dan beretos kerja tinggi. Pengembangan SDM dalam lingkup pendidikan Islam harus melahirkan peserta didik yang ungul dalam berkompetisi di tengah percaturan global. Terkait dengan dunia kerja, pendidikan Islam, sebagai agen of social change, output pendidikan Islam tidak saja siap mengisi lapangan pekerjaan dengan ketrampilan yang dimiliki, tetapi diharapkan mampu juga aktif dan kreatif menciptakan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang lain.
Demikian antara lain hasil temuan riset Mantan Guru Madrasah Diniyah Budi Mulia II Yogyakart ini yang dipaparkan di Gedung Convention Hall Kampus UIN Sunan Kalijaga, Senin, 14 November 2011. Karya riset ini dirangkum Ruslan menjadi karya disertasi untuk memperoleh gelar Doktor Bidang Ilmu Agama Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, di Gedung Convention Hall, Senin, 14 November 2011. Disertasi berjudul “Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial (Studi Pemikiran A. Malik Fadjar), karya Doktoral putra kelahiran Bima ini dipertahankan di hadapan tim penguji antara lain : Prof. Dr. H. Suyata, Ph.D., Dr. Sangkot Sirait, M. Ag., M. Agus Nuryatno, MA., Ph.D., Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, SU., Prof. Dr. H. Muhaimin, MA. (promotor merangkap penguji), dan Prof. Dr. H. Sutrisno, M. Ag., (promotor merangkap penguji).
Menurut promovendus, pihaknya telah melakukan riset dokumentasi, wawancara dan obserwasi dan menganalisis data-data yang berhasil dikunpulkan dengan menggunakan teknik analisis taxonomi (menjelajag pemikiran secara mendalam) dengan 3 teori : Teori Bassam Tibi (tentang akomodasi budaya perubahan sosial), Teori Filsafat Pendidikan Rekonstyruksionisme George Counts dan Teori Kepemimpinan Pendidikan J. Burns. Sehingga lebih lanjut Promovendus berhasil mengungkap bahwa, Malik Fadjar telah mengaplikasikan pemikirannya dengan mengembangkan pola pendidikan Islam di Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Muhammadiyah Surakarta, serta modernisasi Madrasah dengan melakukan penyejajaran Madrasah dengan Sekolah-Sekolah Umum melalui akreditasi Madrasah swasta. Selain itu, mengembangan Madrasah Negeri ke Madrasah Model sebagai “Magnet” bagi Madsasah-Madrasah negeri dan swasta yang ada disekitarnya. Selain itu, Malik Fadjar melakukan perubahan dengan mengindependenkan semua IAIN Cabang menjadi STAIN Negeri, yang dilanjutkan dengan mengemukakan konsep Wider mandate sebagai strategi untuk transformasi STAIN/IAIN menjadi UIN, dalam rangka mengurngi dikotomi keilmuan dalam lingkungan pendidikan Islam. Sintesa perguruan tinggi dengan pesantren juga dilakukan. Konsep sintesa ini sudah dilakukan oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sebagaimana dioakui oleh Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim, Imam Suprayogo yang telah mendirikan al-Ma’had al-‘Aly. Dengan strategi seperti ini akan melahirkan insan-insan yang tidak saja berpikir semata-mata unsur Ketuhanan dan keakheratan, tetapi juga mampu berfikir komprehensif-universal (Ketuhanan-keakheratan, kemanusiaan-keduniawian). Perubahan-perubahan pola pendidikan Islam tersebut dalam rangka melahirkan pendidikan Islam yang bermutu dan kompetitif, baik dalam skala nasional dan internasional.
Perubahan pola pendidikan Islam juga diharapkan akan mampu melahirkan para pemimpin yang visioner-transformatif. Artinya, melalui pola pendidikan Islam akan terlahir para pemimpin dalam bidang apapun yang selain memiliki visi, juga mampu melakukan transformasi berkelanjutan. Yakni kepemimpinan yang bermakna bagi siapa saja yang dipimpinnya, papar Ruslan.