Muhammad Taufik (40 tahun) mengatakan, masyarakat Kampar menjunjung tinggi nilai-nilai akidah dan tauhid. Tetapi juga tidak bisa melepaskan sama sekali pengaruh animisme, dinamisme, hindu dan budha. Mereka menganggap animisme, dinamisme, Hindu dan Budha merupakan tradisi dan kearifan lokal yang juga harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya. Hal ini jika diresapi dari segi positifnya, justru terlihat keberadaan Islam dan tradisi budaya lokal yang bisa merajud harmoni secara bersamaan. Masyarakat Kampar adalah pemeluk agama Islam dengan tradisi dan budaya lokal yang amat kuat. Pertemuan nilai-nilai Islam dan tradisi budaya lokal Kampar menguatkan konsep bahwa nilai-nilai agama Islam dan nilai-nilai tradisi dan budaya lokal di sebagian besar wilayah-wilayah di Indonesia mampu berakulturasi dengan baik. Kebanyakan masyarakatpun beranggapan bahwa antara nilai-nilai Islam dan tradisi/budaya lokal sama-sama harus dipertahankan, sehinggan terjadilah Islam Kampar, Islam Jawa, Islam Madura, Islam Kalimantan dan sebagainya, menjadi satu kesatuan Islam Indonesia yang menjunjung tinggi budaya lokal. Kekuatan akulturasi nilai-nilai Islam dengan setiap budaya lokal di seluruh wilayah di Indonesia, menunjukkan bahwa betapa tingginyan Rahmat Islam itu di negeri ini.

Namun dari sisi negatifnya, masih banyak nilai-nilai tradisi magis warisan animisme, dinamisme di Kampar dan bisa juga dibuktikan di wilayah-wilayah lainnya seperti di Jawa, Sunda, Batak, Bugis, Melayu yang sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam sehingga harus dikikis habis. Tradisi magis itu seperti ; masih dominannya kepercayaan pada kekuatan magis suatu benda, atau tuah kekeramatan suatu tempat, sehingga masyarakat masih menggantungkan keamanan, keselamatan dan rejeki pada suatu benda atau tempat tertentu. Mereka lalu memberikan sesajian pada suatu benda atau tempat yang mereka anggap sakral, keramat atau gaib.

 

Demikian antara lain hasil riset PNS pada Kanwil Kementerian Agama Propinsi DIY, yang kemudian dirangkumnya menjadi karya Disertasi untuk meraih Gelar Doktor Bidang Ilmu Agama Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Untuk menuntaskan karya disertasinya, putra kelahiran Bangkinang ini telah melakukan penelitian implementatif kehidupan keberagamaan masyarakat Kampar dengan pendekatan sejarah, antropologis dan sosiologis. Karya Doktoral promovendus yang mengangkat judul “Islam Kampar – Studi Akulturasi Islam dan Tradisi Lokal” dipertahankan di hadapan tim penguji antara lain : Prof. Dr. H. Irwan Abdullah, Prof. Dr. H. Siswanto Masrusi, MA., Prof. Dr. H. Ratno Lukito, MA., DCL., Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, MA., M. Phil., Prof. Dr. H. Iskandar zulkarnain, MA., (promotor merangkap penguji), dan Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA., (promotor merangkap penguji), bertempat di Gedung Convention Hall, Selasa, 13-Desember 2011.
Menurut Promovendus kekuatan Islam berakulturasi dengan berbagai macam kebudayaan lokal di seluruh nusantara ini, secara perlahan telah banyak mengubah sisi sisi negatif animisme-dinamisme. Namun sampai sekarang ini, Islam belum seratus persen bisa meluruskan tradisi animisme – dinamisme yang menurut ajaran Islam sudah mengarah kepada kemusrikan. Bila dipaparkan misalnya, masyarakat memang melaksanakan rukun Islam dan berikrar beriman kepada Allah SWT, tetapi masih saja percaya kekuatan magis benda atau percaya tuah atau kekeramatan suatu tempat. Hal ini bisa dimaknai, sesungguhnyan di luar dibalut dengan kulit Islam, namun hati tetap bersemayam semangat kepercayaan animisme-dinamisme.
Sehingga masih diperlukan perjuangan segenap komponen umat Islam untuk saling mengingatkan dan memberi contoh secara persuasif dasar-dasar akidah Islam yang kuat dan tidak hanya sebagai lambang ataupun simbul simbul Islam, tetapi sebagai jalan dan tuntunan segenap sisi kehidupan, harap promovendus.
(sumber: Humas UIN Sunan Kalijaga)