Pluralitas merupakan suatu hal yang tidak bisa diniscayakan adanya. Manifestasi pluralitas ini pun bervariasi, mulai perbedaan warna kulit, ras, suku bangsa, sampai agama sekalipun. Dan kata terakhir menjadi isu sentral dan yang paling sensitif untuk dibicarakan di era kontemporer. Hal tersebut disebabkan oleh beragam ‘gesekan-gesekan’ tertentu oleh para penganutnya di Indonesia.
Selama ini ada tiga metode dalam memahami fenomena pluralitas keagamaan, yaitu ekslusivisme, inklusivisme, dan pluralisme. Namun, tiga metode tersebut tak lepas dari beragam pemasalahan, dan yang paling penting adalah problem absolutisme dan relativisme. Maka, guna mengatasi masalah-masalah itulah kemudian Sr. Gerardette Philips, RSCJ, Ph. D. seorang intelektual Kristiani menulis sebuah karya ilmiah yang bertitel “Beyond Pluralism: Open Integrity as a Suitable Approach to Muslim-Christian Dialogue” (Indo, Melampaui Pluralisme: Integritas Terbuka sebagai Sebuah Metode yang Sesuai bagi Dialog Muslim-Kristen).
Buku yang pada awalnya merupakan sebuah hasil desertasi ini pun dibedah dan diskusikan pada tanggal 7 Maret 2013 di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga. Diskusi buku ini digagas oleh tiga institusi, yakni Institut DIAN Interfidei sebagai penerbit buku, PPs. Universitas Sanata Darma, PPs. Universitas Kristen Duta Wacana, dan PPs. UIN Sunan Kalijaga. Sebagai pembicara dalam diskusi buku adalah Dr. Heru Prakosa SJ, Dr. Joko Prasetyo, dan Dr. Syafaatun Elmirzanah.
Diskusi ini sangat menarik. Terlihat seluruh kursi terisi penuh oleh peserta yang hadir di Convention Hall. Berbagai aktivis, tokoh agama, mahasiswa, dan dosen menghadiri peluncuran dan dikusi buku tentang dialog antar umat beragama tersebut. Secara singkat, Sr. Gerardette dalam bukunya menawarkan sebuah metode yang dikatakannya dapat melampaui konsep pluralisme agama dalam proses dialog, yang kemudian disebutnya sebagai Integritas Terbuka. Konsep Integritas Terbuka dibangun atas dasar tetap menekankan kebenaran atas agama yang dianut. Namun disamping itu, dalam konteks yang sama seseorang juga mengakui keunikan-keunikan dari agama-agama lainnya. Teori ini sendiri adalah hasil elaborasi atas pemikiran Etika Global Hans Kung dan Philosophia Perennis Sayyid Husein Nasr.