Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga bekerjasama dengan American Institute for Indonesian Studies (AIFIS) menyelenggarakan Madrasah (Short course). Istilah “Madrasah” diangkat sebagai sinonim short-course dengan maksud agar Madrasah memiliki citra yang semakin positif karena dipauteratkan dengan intelektualitas dan kajian kekinian.
Madrasah yang dilaksanakan mulai tanggal 25 Juli hingga 29 Juli 2016 ini bertempat di Ruang Seminar Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga lantai dua. Adapun tema yang diusung oleh madrasah ini adalah “Kajian Budaya dan Dekolonisasi Humaniora: Teori dan Praktik (Cultural Studies and Decolonization of Humanities: Theories and Practices)”. Tema ini diangkat sebagai upaya meningkatkan kemampuan peserta dalam memahami dan menerapkan teori-teori humaniora dan cultural studies dalam konteks Indonesia kontemporer.
Pengampu tunggal untuk madrasah ini adalah Prof. Rachmi Diyah Larasati, Ph.D. Beliau adalah pengajar pada University of Minnesota, Minneapolis, USA. Prof Diyah juga merupakan senior affiliate pada Asian Literatures, Cultures, and Media serta affiliate faculty pada Feminist Studies (Gender, Women & Sexuality Studies) dan pada Interdisciplinary Center for the Study of Global Change. Profesor di Bidang Tari ini dalam beberapa tahun terakhir semakin dikenal di Indonesia, bukan hanya karena karya terkenalnya The Dance That Make You Vanish (2013), namun juga karena keahliannya membedah secara mendasar teori-teori cultural studies dan penerapannya dalam ranah praksis.
Dalam paparan kuliahnya, Prof. Diyah memulai dengan pemahaman mendasar tentang makna dekolonisasi. Terutama diawali dengan tulisan Ruben Gaztambide-Fernandez yang mengupas pengertian kolonialisme dan kolonialiti untuk membingkai lingkup kajian yang akan didedahkan dalam madrasah ini. Prof Diyah juga memberikan beberapa contoh kasus terutama di Afrika untuk memperkaya analisis, terutama melalui tulisan V.Y. Mudimbe dan Achille Mbembe. Selanjutnya, Prof. Diyah mengangkat kembali pemikiran Edward Said terutama dengan proyek Orientalismenya. Analisis Edward Said membantu memahami relasi timbal balik antara Timur dan Barat. Prof. Diyah kemudian melanjutkan paparannya dengan kajian Marta E. Saviglioano tentang Political Economy of Passion dengan teori Micropolitic dan contoh upaya Dekolonisasi di Argentina terutama bagaimana Tango beserta aspek di dalamnya seperti sex, kelas, dan kuasa menjadi entitas penting dalam dekolonisasi. Melengkapi kajian dekolonisasi ini, Prof. Diyah merasa wajib untuk mengangkat satu tokoh lagi yang cukup outstanding dalam kajian dekolonisasi yaitu Gayatri Chakravorty Spivak. Selain karya-karya dan teori-teori utama dalam dekolonisasi tersebut, Prof. Diyah melengkapi dengan teori-teori sosial modern dari Stuart Hall, Talcott Parson dan Antonio Gramsci.
Oleh Prof. Diyah, peserta selalu diajak membawa kajian teoretis tersebut ke dalam konteks praksis di Indonesia. Semua rangkaian materi tersebut disampaikan secara dialogis dan akrab, sehingga peserta merasa menikmati dan dapat mengikuti materi dengan baik. Peserta madrasah ini adalah para dosen, peneliti, aktivis LSM, dan mahasiswa pascasarjana. Panitia awalnya panitia hanya membuka kesempatan bagi 20 peserta, namun karena animo pendaftar kegiatan ini sangat tinggi, maka panitia mengakomodasi sebanyak 35 peserta. Dengan madrasah ini oleh Prof. Rachmi Diyah Larasati mengajak peserta untuk “decolonize yourself!” sehingga memiliki mental intelektual yang membumi, kontekstual, otentik, dan siap mengglobal.
(Erham Budi/Reporter)