Drs. Suliswiyadi, M. Ag., (45 tahun) mengatakan, SLTA Muhammadiyah di wilayah Kabupaten Magelang masih menerapkan pola pendidikan hasil pemikiran Kyai Ahmad Dahlan. Dalam pemikirannya, Kyai Ahmad Dahlan pernah menyampaikan bahwa, pelajaran agama pada sekolah-sekolah H I K Muhammadiyah adalah pelajaran yang memberikan bekal ibadah bagi diri anak didik dan kepada Tuhan. Pelajaran agama adalah syarat-syarat untuk menunaikan dan menjalankan rukun iman, melakukan rukun Islam, dan mengajarkan akhlak budi pekerti yang baik sebagai kewajiban seorang Islam. Kyai Ahmad Dahlan juga mengatakan, “dengan terus terang kami akui, kami membuat satu perguruan Muhammadiyah yang kelah dapat diserahi sekolah schakel, H I S dan kursus Belanda. Maka H I K Muhammadiyah harus terus dijaga dan tunjukkan kepada anak didik berbagai macam pengetahuan seperti H I K openbaar. Pelajaran agama hendaknya menjadi rukun hidup bagi semua anak didik. Pemikiran Kyai Ahmad Dahlan tersebut sampai saat ini masih melekat menjadi pembelajaran keberagamaan di SLTA di wilayang Kabupaten Magelang.
Drs. Suliswiyadi, M. Ag., (45 tahun) mengatakan, SLTA Muhammadiyah di wilayah Kabupaten Magelang masih menerapkan pola pendidikan hasil pemikiran Kyai Ahmad Dahlan. Dalam pemikirannya, Kyai Ahmad Dahlan pernah menyampaikan bahwa, pelajaran agama pada sekolah-sekolah H I K Muhammadiyah adalah pelajaran yang memberikan bekal ibadah bagi diri anak didik dan kepada Tuhan. Pelajaran agama adalah syarat-syarat untuk menunaikan dan menjalankan rukun iman, melakukan rukun Islam, dan mengajarkan akhlak budi pekerti yang baik sebagai kewajiban seorang Islam. Kyai Ahmad Dahlan juga mengatakan, “dengan terus terang kami akui, kami membuat satu perguruan Muhammadiyah yang kelah dapat diserahi sekolah schakel, H I S dan kursus Belanda. Maka H I K Muhammadiyah harus terus dijaga dan tunjukkan kepada anak didik berbagai macam pengetahuan seperti H I K openbaar. Pelajaran agama hendaknya menjadi rukun hidup bagi semua anak didik. Pemikiran Kyai Ahmad Dahlan tersebut sampai saat ini masih melekat menjadi pembelajaran keberagamaan di SLTA di wilayang Kabupaten Magelang.
Ruslan (32 tahun) mengatakan, perubahan sosial yang terus dan pasti terjadi, turut mempengaruhi pendidikan Islam. Karena itu pendidikan Islam perlu meresponnya, agar kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan Islam tersebut terpenuhi. Jika itu tidak dilakukan oleh para pakar dan penentu kebijakan bidang pendidikan di negeri ini, maka kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan Islam akan semakin menyusut. Sebagai “Futurolog” pendidikan, Malik Fadjar memiliki pemikiran-pemikiran yang responsif terhadap perubahan sosial masyarakat. Pemikiran pendidikan Islam Malik Fadjar bersifat Antisipatif-Akomodatif. Artinya, pemikiran pendidikan Islam Malik Fadjar mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan dan menerima perubahan-perubahan yang bersumber dari luar secara selektif. Pendidikan Islam yang dapat mengantisipasi perubahan adalah yang berorientasi masa depan (future oriented), dengan menjadikan problem-problem kekinian sebagai telaah untuk menganalisis perubahan di masa mendatang. Perubahan-perubahan 5-10 tahun ke depan tidak lepas dari perhatian pemikiran Malik Fadjar. Dalam pemikirannya, Malik Fadjar juga memperhatikan keterkaitan antara pendidikan Islam dan konsepsi umat terbaik (khaira ummah). Yakni peningkatan kesadaran, berwawasan luas dan beretos kerja tinggi. Pengembangan SDM dalam lingkup pendidikan Islam harus melahirkan peserta didik yang ungul dalam berkompetisi di tengah percaturan global. Terkait dengan dunia kerja, pendidikan Islam, sebagai agen of social change, output pendidikan Islam tidak saja siap mengisi lapangan pekerjaan dengan ketrampilan yang dimiliki, tetapi diharapkan mampu juga aktif dan kreatif menciptakan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang lain.
Pembantu Rektor IV (Bidang Kerjasama) UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Siswanto Masruri mengharapkan, kaum terpelajar (cendekiawan) terutama alumni UIN Sunan Kalijaga untuk terbiasa terlibat dalam gerakan moral politik yang arah kontribusinya untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Semua lulusan UIN sudah secara matang dibekali nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin (nilai-nilai agama yang humanis). Sudah saatnya kematangan agama para cendekiawan mampu mengatasi setiap permasalahan bangsa melalui gerakan praktis, bukan lagi dengan ceramah agama. Selain itu, kaum cendekiawan, apapun alasannya, lebih baik melakukan gerakan praktis di luar kekuasaan. Karena biasanya, kalau sudah masuk di lingkup kekuasaan, orang menjadi lupa diri. Demikian juga bila para cendekiawan menjadi orang-orang yang berkuasa, pasti lupa akan tanggungjawab moral keilmuannya, menjadi orang-orang yang korup atau orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaannya. Oleh karenanya, kaum terpelajar (cendekiawan) itu sebaiknya berkiprah di luar jalur kekuasaan, apapun bidangnya, untuk kesejahteraan dan kemaslahatan umat.