Pertumbuhan dan perkembangan bank syariah tidak lepas dari tingkat kepercayaan masyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan ini harus diimbangi dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG). GCG yang diterapkan di bank syariah harus berjalan bersamaan dengan penerapan sharia compliance. Di mana, pengawasan penerapannya dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Namun demikian, dalam praktiknya masih lemah dalam penerapannya.

Melihat kondisi ini dosen IAIN Purwokerto Akhmad Faozan menulis disertasi yang berjudul "Praktik Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Dan Peran Dewan Pengawasan Syariah Was Syariah (DPS) Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Jawa Tengah Dan D.I. Yogyakarta" sebagai syarat memperoleh gelar doktor Ilmu Studi Islam di sekolah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Faozan mengatakan, GCG, sharia compliance, dan DPS. merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lain. Peran DPS dalam penerapan GCG di bank syariah adalah sebagai pengawas penerapan sharia compliance yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan GCG sendiri. Sehingga, peran yang dijalankan oleh DPS dalam penerapannya GCG adalah sebagai pihak yang mendorong dan memastikan penerapan salah satu unsur GCG di bank syariah yaitu penerapan sharia compliance.

"Adapun, pengawasan penrapan GCG sendiri apabila nantinya ada peraturan yang mengatur penerapan GCG di BPRS, maka tentunya dilakukan oleh pihak yang membuat peraturan tersebut yang dalam hal ini adalah OJK. Sehingga, pengawasan penerapan GCG di bank syariah dilakukan oleh dua pihak yaitu DPS dan OJK", kata Faozan saat presentasi di Aula sekolah Pascasarjana, Senin (22/8).(ch/humas)

 

 Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga bekerjasama dengan American Institute for Indonesian Studies (AIFIS) menyelenggarakan Madrasah (Short course). Istilah “Madrasah” diangkat sebagai sinonim short-course dengan maksud agar Madrasah memiliki citra yang semakin positif karena dipauteratkan dengan intelektualitas dan kajian kekinian.

Madrasah yang dilaksanakan mulai tanggal 25 Juli hingga 29 Juli 2016 ini bertempat di Ruang Seminar Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga lantai dua. Adapun tema yang diusung oleh madrasah ini adalah “Kajian Budaya dan Dekolonisasi Humaniora: Teori dan Praktik (Cultural Studies and Decolonization of Humanities: Theories and Practices). Tema ini diangkat sebagai upaya meningkatkan kemampuan peserta dalam memahami dan menerapkan teori-teori humaniora dan cultural studies dalam konteks Indonesia kontemporer.

Pengampu tunggal untuk madrasah ini adalah Prof. Rachmi Diyah Larasati, Ph.D. Beliau adalah pengajar pada University of Minnesota, Minneapolis, USA. Prof Diyah juga merupakan senior affiliate pada Asian Literatures, Cultures, and Media serta affiliate faculty pada Feminist Studies (Gender, Women & Sexuality Studies) dan pada Interdisciplinary Center for the Study of Global Change. Profesor di Bidang Tari ini dalam beberapa tahun terakhir semakin dikenal di Indonesia, bukan hanya karena karya terkenalnya The Dance That Make You Vanish (2013), namun juga karena keahliannya membedah secara mendasar teori-teori cultural studies dan penerapannya dalam ranah praksis.

Dalam paparan kuliahnya, Prof. Diyah memulai dengan pemahaman mendasar tentang makna dekolonisasi.  Terutama diawali dengan tulisan Ruben Gaztambide-Fernandez yang mengupas pengertian kolonialisme  dan kolonialiti untuk membingkai lingkup kajian yang akan didedahkan dalam madrasah ini. Prof Diyah juga memberikan beberapa contoh kasus terutama di Afrika untuk memperkaya analisis, terutama melalui tulisan V.Y. Mudimbe dan Achille Mbembe. Selanjutnya, Prof. Diyah mengangkat kembali pemikiran Edward Said terutama dengan proyek Orientalismenya. Analisis Edward Said membantu memahami relasi timbal balik antara Timur dan Barat. Prof. Diyah kemudian melanjutkan paparannya dengan kajian Marta E. Saviglioano tentang Political Economy of Passion dengan teori Micropolitic dan contoh upaya Dekolonisasi di Argentina terutama bagaimana Tango beserta aspek di dalamnya seperti sex, kelas, dan kuasa menjadi entitas penting dalam dekolonisasi. Melengkapi kajian dekolonisasi ini, Prof. Diyah merasa wajib untuk mengangkat satu tokoh lagi yang cukup outstanding dalam kajian dekolonisasi yaitu Gayatri Chakravorty Spivak. Selain karya-karya dan teori-teori utama dalam dekolonisasi tersebut, Prof. Diyah melengkapi dengan teori-teori sosial modern dari Stuart Hall, Talcott Parson dan Antonio Gramsci.

 Oleh Prof. Diyah, peserta selalu diajak membawa kajian teoretis tersebut ke dalam konteks praksis di Indonesia. Semua rangkaian materi tersebut disampaikan secara dialogis dan akrab, sehingga peserta merasa menikmati dan dapat mengikuti materi dengan baik. Peserta madrasah ini adalah para dosen, peneliti, aktivis LSM, dan mahasiswa pascasarjana. Panitia awalnya panitia hanya membuka kesempatan bagi 20 peserta, namun karena animo pendaftar kegiatan ini sangat tinggi, maka panitia mengakomodasi sebanyak 35 peserta. Dengan madrasah ini oleh Prof. Rachmi Diyah Larasati mengajak peserta untuk decolonize yourself!” sehingga memiliki mental intelektual yang membumi, kontekstual, otentik, dan siap mengglobal. 

 (Erham Budi/Reporter)

Kehidupan pesantren dipengeruhi oleh perkembangan pendidikan dan tuntutan dinamika masyarakat. Pesantren tidak lagi hanya berkutat pada pendidikan keagamaan saja, namun telah menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah formal dan berbagai kegiatan sosial lain yang tidak hanya bersifat keagamaan. Bahkan ikut serta mendukung kebijakan pemerintah, sehingga ada kesinambungan antara pesantren dengan pemerintah.

Hal ini mengindikasikan bahwa pesantren sekarang ini membutuhkan sentuhan nilai-nilai yang diusung oleh gerbong modernitas seperti peran tekologi modern, globalisasi, nilai-nilai pluralisme, multikultural, inklusifitas dan yang lain sebagai dinamika, eksistensi dan bahkan transformasi yang dilakukan pesantren dalam berbagai bidang demi kehidupan masyarakat luas.

Sumber: Humas UIN Suka

Safrina Rovasita mahasiswi magister UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, memiliki keterbatasan. Safrina yang sejak kecil dalam kondisi cerebral palsy, namun soal pendidikan patut diteladani. Semangat untuk mengenyam pendidikan perlu mendapat acungan jempol.

Sekalipun memiliki keterbatasan dalam berbicara, dia diberikan kebebasan penuh untuk menuntut ilmu. Semenjak SD hingga perguruan tinggi dijalani dengan tekun sampai sekarang ini telah menyelesaikan program magister di sekolah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Motivasi dan dorongan dari orang tua senantiasa Safrina dapatkan dalam menempuh jalur pendidikan. Sejak belajar di SDLB SLB Negeri 3 lulus tahun 2000, kemudian SMP Negeri 2 Depok melanjutkan ke SMA GAMA dan menempuh jenjang perguruan tinggi S1 PLB UNY sampai program magister di sekolah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. “ Sampai waktu pertama kali kuliah di UIN semester satu dapat jadwal kuliah sampai malam, ibu menemani saya di kampus” ucap Safrina.

Safrina mendaftar sekolah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga program magister tahun 2014. Ia tercatar mahasiswa prodi Pendidikan Islam dengan konsentrasi Bimbingan konseling Islam kelas mandiri. “ Saya kuliah S2 setiap hari sabtu dan minggu, sehingga di hari biasa saya masih bisa mengajar di SLB,” kata Safrina yang Guru Tetap Yayasan SLB Yapenas Condongcatur Sleman.

Dara warga Minomartani Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, kuliah di UIN Sunan Kalijaga pun lulus tepat waktu dengan predikat sangat memuaskan. Dengan usaha keras dan kegigihannya kuliah tersebut ditempuh dalam waktu 2 tahun dan mendapat IPK 3,71 serta berhak mendapat gelar M.Pd.I. “Selama saya di UIN alhamdulillah semua dimudahkan, dosen dan pegawainya ramah-ramah,” tutur Safrina.

“Dengan semangat dan usaha sebaik mungkin semuanya bisa dilakukan. Selama kuliah S2 saya aktif juga di organisasi difabel khususnya di Wahana Keluarga Cerebral Palsy (WKCP) dimana saya salah satu pengurusnya. Dan, alhamdulillah saya bisa melewatinya, ini sesuatu yang tidak pernah saya sangka sebelumnya,” lanjut Safrina peraih penghargaan Liputan 6 Awards 2015.

Di saat ada waktu luang Safrina menyalurkan hobi menulis dan membaca. Ia menjadi anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Yogyakarta. Beberapa artikel terkait difabel serta cerpen telah diterbitkan di surat kabar, media online dan majalah lokal, dan pernah presentasi karya ilmiah di Ditjen Dikti Depdiknas.

“Menulis bagi saya sangat penting, karena dapat membantu saya menyampaikan ide-ide saya yang bermunculan di kepala. Apabila tidak dikeluarkan kepala saya menjadi pusing. Mungkin itu salah satu yang membuat saya ingin kuliah S2,” kata Safrina setelah presentasi sidang tesis, Rabu (13/7).

Salah satu model Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dalam satu dasarwarsa ini berkembang relatif pesat di Indonesia adalah LKM Syariah. Kegiatan Lembaga Keuangan Mikro Syaraiah(LKMS) secara prinsip hampir sama dengan LKM konvensional. Namun ada beberapa perbedaan dalam akad dan transaksinya, yaitu dengan sistem syariah yang tidak memperkenankan adanya bunga. LKMS yang dimaksud adalah Baitul Mal wat Tamwil (BMT).

Saat ini lembaga BMT menghadapi beberapa persoalan bersifat internal dan eksternal untuk berkembang. Selain belum memiliki payung hukum dan perundang-undangan yang mengatur standar operasional dan prosedur yang jelas. Terdapat kerumitan peraturan yang mengikat BMT dan kerumitan tersebut menjadi hambatan bagi perkembangan BMT karena kurangnya pengawasan dan pelaporan.

"BMT merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang sederhana. Sektor BMT di Indonesia sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh jika BMT mampu mengatasi kelemahan-kelemahan dalam operasionalnya" kata Dosen STAIN Parepare Muhammad Kamal Zubair, M.Ag. pada presentasi promosi doktor di Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Jumat(10/6).