Mukhsin Achmad & Muhammad Rofiq

 

Musim gugur (autumn) atau dalam bahasa Belanda disebut herfst menyambut kedatangan kami di Kota Nijmegen. Langit tampak cerah dan matahari bersinar hangat. Bunga-bunga mulai berguguran di pohon-pohon yang berderet di jalanan. Taman-taman menyuguhkan pemandangan dan atmosfer dedaunan beraneka warna mulai dari hijau, merah, orange, kuning, dan coklat. Walaupun suhu terasa dingin, kombinasi warna yang ada menghadirkan efek kehangatan.

Begitulah suasana Nijmegen di saat kami datang pada 17 Oktober 2016 untuk mengikuti program sandwich di Radboud University. Program ini wajib diikuti semua mahasiswa Program Doktor Kelas Internasional Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga selama tiga bulan. Tujuan program ini adalah memberikan penguatan kapasitas pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman riset yang memadai, serta melatih academic writing dalam Bahasa Inggris.

Untuk kelas internasional Konsentrasi Islamic Thought and Muslim Society (ITMS) sandwich dilaksanakan di Radboud University, Nijmegen, Belanda dan Georg-August Gottingen University, Jerman. Sedangkan Konsentrasi Al-Dirasat al-Islamiyya wa al-Arabiyya (DIA) sandwich dilaksanakan di Universitas Zaitunah, Tunisia, dan Universitas Suez Canal, Mesir.

 

Berfoto Bersama dengan Prof John Voll (Georg Town University,USA) dan mahasiswa Indonesia di Belanda

Gairah akademik

Suasana Nijmegen yang sedang diliputi musim gugur senapas dengan gairah akademik yang kami rasakan di Radboud University. Kegiatan yang pertama kali kami ikuti adalah NISIS and NOSTER Autumn School 2016. NISIS (Netherlands Interuniversity School for Islamic Studies) dan NOSTER  (the Netherlands School for Advanced Studies in Theology and Religion) adalah program kuliah musih gugur untuk memperkuat basis research academic dengan pendekatan multidisiplin bagi mahasiswa pascasarjana bidang studi agama secara umum dan bidang studi Islam.

Kegiatan ini berlangsung selama empat hari secara berturut-turut, mulai tanggal 24 Oktober27 Oktober 2016. Tema yang diusung Religion and Modernity: Oppositional Pairing?” Dua hari pertama merupakan sesi keynote lecture dari pakar, sedangkan dua hari berikutnya adalah presentasi para peserta (researcher). Di antara pakar yang memberikan sesi keynote lecture adalah  Prof. Dr. John Voll (Georgetown University, USA), Dr. Jens Kreinath (Wichita State University, USA)
Dr. Jeanette Jouili (University of Pittsburgh, USA)
, Dr. Timothy Fitzgerald (Critical Religion Association). Prof. Dr. Frances Flannery (James Madison University, USA), dan Dr. Adriaan van Klinken (University of Leeds).

Garis besar pokok persoalan yang didiskusikan dalam NISIS and NOSTER School 2016 adalah tentang agama dan modernitas, apakah keduanya kompatibel? Dari tema besar tersebut berkembang berbagai teori dan kajian multidisiplin ilmu. Pertanyaan lain yang juga menjadi topik diskusi menarik adalah, apakah agama kompatibel dengan demokrasi? Pemikiran yang paling sering dikutip selama seminar adalah antropologiya Talal Asad dan teorinya Discursive Tradition.

Foto Bersama peserta NISIS and NOSTER Autumn School 2016 di ruang makan

 

Kegiatan lainnya adalah kuliah bersama Prof. Frans Wisjen, Wakil Dekan Fakultas Filsafat, Teologi dan Studi Agama, yang berinisiatif memperkenalkan Critical Discourse Analysis (CDA). Kuliah ini berlangsung sebanyak enam kali pertemuan dengan model pembelajaran kuliah dan penugasan. CDA dianggap penting sebagai alat analisis hubungan antara bahasa dan realitas. CDA mengupas bagaimana wacana itu diproduksi, dikonsumsi, dan didistribusi. Dalam CDA dikenal analisis berjenjang, yaitu level mikro, mezzo, dan makro.

Selama di Radboud University kami juga mengikuti beberapa kegiatan public lecture. Di antaranya kuliah umum tentang “The Hajj and Europe in the Age of Empire” oleh Umar Ryad seorang peneliti dari Utrech University; dan public lecture mengenai interdisciplinary research oleh Prof. Dr. Bart Geurts, Guru Besar Linguistik Universitas Radboud. Prof. Geurts menjelaskan bagaimana aplikasi penelitian lintas disiplin keilmuan.

Tidak kalah menarik, Radboud University juga pernah menghelat acara seminar sehari bertemakan Indonesian Islam and Its Significance for Europe, 25 November 2016 di Erasmus Building Room 15.39/41. Seminar yang mendiskusikan relasi antaragama di Indonesia ini menghadirkan Dr. Asep Muhammad Iqbal (Dosen IAIN Palangkaraya) dan Dr. Roel Meijer (Peneliti Radboud University).

Di luar kegiatan kampus, setiap hari jumat kami secara mandiri mengadakan diskusi tentang research design. Diskusi dihadiri mahasiswa Indonesia yang mengambil bidang Islamic Studies di Radboud University. Setiap peserta mempresentasikan rencana penelitiannya. Salah satu mentor dalam peer group ini adalah Ph.D Candidate Jamilah Sailan. Selain itu, tiap sebulan sekali mahasiswa muslim di Nijmegen mengadakan pengajian rutin. Kami berkesempatan hadir pada pengajian tanggal 30 Oktober 2016 di kediaman salah seorang ekspatriat Indonesia. Demikianlah pengalaman kami menikmati gairah akademik di Radboud University, hingga kami kembali ke tanah air pada 17 Januari 2017.

Menghadiri Acara Pengajian Bulanan Keluarga Muslim Nijmegen (KEMUNI)

 

 

 

Empat mahasiswa doktor program internasional Islamic Thought and Muslim Societies (ITMS) Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengikuti program sandwich di Georg-August Universitat di Goettingen, Germany (Universitas Goettingen). Program Sandwich ini berlangsung selama 6 (enam) bulan, November 20016 – Mei 2017 atas biaya Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Kamenterian Agama RI. Program Sandwich ini diikuti oleh Ade Fakih Kurniawan, Andi Bahri Soi, Achmad Khusnul Khitam, dan Muhammad Bekti Lantong. Berikut pengalaman mereka selama mengikuti Sandwich di Gottingen Jerman:

Di awal kedatangan kami di Goettingen, kami disambut dengan sangat baik oleh Prof. Irene Schneider dan Prof. Fritz Schulze di kantornya, Kultuurwissenshaftliches Zentrum (KWZ) Universitas Goettingen. Dalam sambutannya yang hangat kepada kami, beliau memperkenalkan diri dan memperkenalkan staf-staf yang mendampinginya, kemudian memberikan kesempatan kepada kami untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan rencana penelitian yang akan dilaksanakan dalam penulisan disertasi. Hal ini dimaksudkan agar beliau bisa menghubungkan kami dengan beberapa professor yang berkompeten sesuai tema penelitian kita, baik professor yang ada di dalam maupun di luar Universitas Goettingen. Pada kesempatan tersebut kami juga diperkenalkan dengan lingkungan universitas, terutama Fakutas Budaya dimana program studi Islam dan Arabistik menjadi bagiannya, perpustakaan yang luasnya hampir mendominasi luasan fakultas, serta kami “dipinjami” ruangan untuk ruang belajar kami sehari-hari selama program Sandwich.

 

Program sandwich ini memberikan banyak manfaat bagi kami secara akademis maupun kultural. Manfaat akademis yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan terkait dengan tema riset, seperti pembimbingan dengan para professor, seminar dan colloqioum, serta kuliah scientific writing. Sebagai upaya memantau progress rencana penelitian, Prof. Irene Schneider dan Prof. Fritz Schulze 2 mengadakan Colloquium dengan mengundang semua mahasiswa di bawah supervisi mereka untuk menyampaikan progress penelitiannya, termasuk kami berempat, beserta beberapa pakar yang sengaja beliau undang. Dari kegiatan yang berlangsung selama 2 hari ini kami mendapatkan berbagai saran dan bimbingan dalam mengembangkan penelitian. Bahkan dari colloquium tersebut kami difasilitas untuk bertemu langsung dengan beberapa guru besar, baik yang ada di dalam maupun di luar Universitas Goettingen, seperti Prof. Martin Ramstadt dari Institut for Phiplosphy Study of Martin Luther di Halle, Prof. Michael Marx dari Freie University di Berlin, dan Prof. Loimeier Roman dari Departemen Etnology Universitas Goettingen.

Selain program utama kami untuk menulis riset disertasi serta berdiskusi dengan professor, kami juga sempat mengikuti seminar dan perkuliahan di selah-selah kegiatan kami selama 6 bulan di Goettingen. Secara umum, perkuliahan dan seminar yang diadakan di Universitas Georg-August Goettingen dan bahkan di seluruh Jerman disampaikan dengan menggunakan Bahasa Jerman. Sangat sedikit perkuliahan dan seminar yang disampaikan dengan Bahasa Inggris. Karena itulah kami harus memilih perkuliahan maupun seminar tertentu yang disampaikan dengan Bahasa Inggris dan yang paling penting sesuai dengan bidang kami, atau paling tidak mendekati, misalnya kami pernah mengikuti seminar tentang kajian Islam di Timur Tengah, terutama kaitannya dengan sejarah Islam, al-Qur’an, dan pemetaan pemikiran kontemporer Arab dan Barat. Selain itu, kami juga sempat mengikuti perkuliahan di kelas selama studi di kampus. Meskipun disampaikan dengan Bahasa Jerman, namun kami merasa dapat sedikit mengikuti alur perkuliahan secara umum, dan yang paling penting, kami dapat melihat dan merasakan secara langsung kultur pembelajaran di kelas Universitas Goettingen sehingga menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi kami ke depan.

 

 

 

Senin, 22 Mei 2017, bertempat di Aula Pascasarjana, 89 orang calon wisudawan/wati Pascasarjana  mengikuti pelepasan wisuda periode III tahun akademik 2016/2017. Wisuda periode ini akan dilaksananakan pada hari Rabu, 24 Mei 2017 diikuti oleh 78 orang Magister dan 11 Doktor dari Pascasarjana. Dari 78 wisudawan Magister, 8 orang dinyatakan lulus dengan predikat pujian (cumlaude) dan 1 orang dinyatakan sebagai wisudawan Terbaik/Tercepat yang akan menerima penghargaan dari Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dalam sambutannya, Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi, MA, M.Phil., Ph.D. mengatakan bahwa menjadi Magister di Pascasarjana jangan hanya lulus dengan Magister minimalis yang hanya asal dapat gelar. Tetapi harus benar-benar Magister yang mumpuni. Banyak lembaga bergensi bertaraf internasional yang siap menampung para alumni Magister UIN Sunan Kalijaga untuk mengembangkan ilmunya di tingkat internasional. Namun memang syaratnya harus menguasai keilmuan di bidangnya dan memiliki kemampuan bahasa yang cukup. Kalo hanya pas-pasan maka akan tersingkir oleh lainnya.

Banyak program-porgram persiapan studi di luar negeri yang ditawarkan oleh Kementerian Agama RI, di antaranya yang baru saja dilaksanakan akhir tahun 2016 di Pascasarjana  UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, program Academic Writting bagi calon penerima beasiswa luar negeri di bawah pembiayaan Kemenag diikuti oleh 23 orang peserta. Program ini merupakan persiapan studi di luar negeri yang dibiayai oleh Kementerian Agama dalam skema Program 5000 Doktor.

Lebih lanjut, Noorhaidi menjelaskan, Perguruan Tinggi tujuan yang akan diapply  mensyaratkan adanya rekomendasi dari negara asal. Surat rekomendasi bagi calon mahasiswa ini yang menjadi pertimbangan bagi Perguruan Tinggi tujuan untuk menerima calon mahasiswa yang mendaftar.

 

(mahmoedy/pascasarjana)

 

Transformasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) membawa misi besar integrasi Islam (religion) dan ilmu pengetahuan (science). Dimulai tahun 2002 IAIN Jakarta bertransformasi menjadi UIN, diikuti IAIN Yogyakarta dan STAIN Malang pada tahun 2004, hingga kini telah ada 11 UIN seluruh Indonesia. Sejumlah IAIN juga sedang mempersiapkan diri menjadi UIN. Semuanya dalam satu irama mengintegrasikan Islam dan sains.

Namun rupanya, masing-masing UIN memiliki ‘tafsir’ yang berbeda. Misalnya, UIN Yogyakarta menggagas integrasi-interkoneksi keilmuan dengan model ‘jaring laba-laba’ (spider web), UIN Malang menggunakan kerangka ‘pohon ilmu’ (science tree), dan UIN Bandung menggunakan metafora ‘roda ilmu’. Dalam implementasinya, masing-masing model tersebut mengalami sejumlah kendala dan tantangan.

Model integrasi-interkoneksi keilmuan spider web relatif lebih komperhensif dibandingkan model lainnya. Sudah lebih satu dasawarsa model ini coba diimplementasikan dalam proses pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian keapada masyarakat di UIN Sunan Kalijaga. Namun demikian, sejak sang arsitek spider web Prof. Amin Abdullah merampungkan jabatannya sebagai rektor dua periode (2001-2010), lambat laun model ini mulai redup gaungnya.

Dalam suasana seperti itulah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga berikhtiar untuk mengkaji ulang gagasan integrasi Islam dan sains. Ikhtiar itu dikemas dalam bentuk International Conference dan Workshop dengan tajuk “Revisiting the Concept of Integration between Islam and Sciences and the Development of Graduate Studies at Indonesian Islamic University”. Kegiatan yang berlangsung dua hari ini, 26-27 Juli, bertempat di Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.

Hadir sebagai narasumber Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., Ph.D. (Direktur Pascasarjana UIN Yogyakarta), Prof. Dr. M. Amin Abdullah (Guru Besar UIN Yogyakarta), Prof. Dr. Machasin, M.A. (Guru Besar UIN Yogyakarta), Prof. Dr. Mujiburahman, M.A. (Guru Besar IAIN Antasari), Prof. Dr. Muslich Shabir, M.A. (Guru Besar UIN Semarang), Dr. Zainal Abidin Bagir, M.A. (Dosen Universitas Gadjah Mada), Prof. Dr. Imtiyaz Yusuf (Guru Besar Universitas Mahidol, Thailand), dan Prof. Dr. Ibrahim Zein (Guru Besar Universitas Hammad Khalifah, Qatar) melalui teleconference.

Konferensi diikuti 150 orang peserta terdiri dari pimpinan Pascasarjana Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) seluruh Indonesia, dosen UIN Yogyakarta, mahasiswa pascasarjana dari sejumlah perguruan tinggi di Yogyakarta, dan peserta umum. Sedangkan workshop hanya khusus diikuti pimpinan pascasarjana dan dosen UIN Yogyakarta yang berjumlah 50 orang.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Yogyakarta, Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag., dalam sambutannya mewakili Rektor, menyambut baik kegiatan ini. Menurut Sutrisno, ada dua problem utama di bidang pendidikan yang dihadapi umat beragama, khsususnya umat Islam di Indonesia. Pertama, problem dikotomi antara agama dan ilmu pengetahuan. Kedua, problem dualisme institusi pendidikan antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Integrasi-interkoneksi keilmuan yang diformulasikan UIN Yogyakarta berusaha untuk mengatasi problem tersebut.

Sementara Direktur Pascasarjana UIN Yogyakarta, Prof. Noorhaidi, mengungkap kesulitan-kusulitan pada tataran praktik implementasi paradigma integrasi Islam dan sains dalam proses pendidikan, pengajaran, dan penelitian. Kesulitan tersebut dirasakan oleh semua UIN, khususnya bagi program-program studi yang berasal dari rumpun sains murni. Kesulitan juga dirasakan sejumlah IAIN yang sedang berproses menjadi UIN. “Inilah saatnya paradigma integrasi Islam dan sains ditinjau ulang,  didiskusikan, dan dirumuskan kembali melalui forum ini,” tegas direktur.

Lebih lanjut Noorhaidi menuturkan, integrasi Islam dan sains yang salah satunya berakar dari pemikiran “islamisasi ilmu” Ismail Raji al-Faruqi (1921-1986) telah banyak disalahpahami dan direduksi. Islamisasi ilmu sebatas dipahami dengan “mendomplengkan” ayat-ayat Alquran dan Hadis pada temuan-temuan sains. Padahal bukan itu yang dimaksud al-Faruqi. Karena itulah, konferensi ini menghadirkan Prof. Imtiyaz Yusuf, murid langsung al-Faruqi, untuk meluruskan pemikiran al-Faruqi yang telah disalahpahami. (@f)

UIN Sunan Kalijaga Sabtu, 03 Februari 2017 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga mengadakan kegiatan  “Scholarship Talkshow” dengan menghadirkan lima perwakilan dari universitas-universitas terbaik di Australia. Kelima universitas tersebut merupakan anggota konsorsium  Australian Technology Network of Universities (ATN). ATN merupakan mitra Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Kementerian Agama RI yang memiliki rekam jejak cukup baik sebagai universitas tujuan bagi para penerima beasiswa 5000 Doktor dari Kementerian Agama, LPDP, BUDI dan Australia Award Scholarship.

Country Manager ATN-Indonesia, Josephine Ratna, M.Psych., PhD dalam sambutannya memaparkan bahwa kehadiran kelima perwakilan dari universitas anggota konsorsium ATN ini sebagai wujud dukungan kepada program-program beasiswa pendidikan pemerintah Indonesia khususnya melalui program 5000 Doktor bagi PTAIN/PTAIS untuk menjadi penerima beasiswa pendidikan luar negeri di Australia. Menurutnya, kunjungan kali ini sangat istimewa karena dilakukan di sela waktu Pre Open Booth di LPDP’s Edu Fair di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang digelar esok harinya.

Kelima perwakilan universitas yang hadir dalam acara ini Cicilia Evi (Queensland University of Technology); Siska Yaputri (University of Technology Sydney); Fenny Yunita Suwandhi (RMIT University); Darren Turner (University of South Australia); dan Patricia Kelly (Curtin University). Acara Scholarship talkshow ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oelh para peserta yang hadir untuk bertanya dan mendapatkan informasi secara langsung tentang prosedur aplikasi pendaftaran, cata mendapatkan Academic Advisor juga Letter of Offer dari masing-masing perwakilan universitas. Peserta yang hadir berkesempatan melakukan diskusi dalam kelompok-kelompok kecil yang berkaitan dengan persyaratan maupun langkah-langkah pendaftaran aplikasi baik pada program Doctoral by Course atau Doctoral by Research.

Darren Turner selaku perwakilan dari University of South Australia menambahkan bahwa, usaha pemerintah Indonesia dalam memberikan beasiswa kepada para mahasiswa untuk belajar ke luar negeri khususnya Australia akan mempererat hubungan bilateral antar negara dengan berinvestasi melalui pendidikan yang kelak diharapkan mampu  meningkatkan pembangunan, ekonomi dan kapasitas sumber daya manusia di Indonesia. Turner juga memberikan contoh pada saat terjadi bencana tsunami beberapa tahun yang lalu pemerintah Australia memberikan dukungan bagi Indonesia melalui beasiswa Australia Award Scholarship (AAS) yang memberikan kesempatan besar bagi masyarakat Aceh untuk mendapatkan melanjutkan studi pendidikan tinggi melalui beasiswa AAS. Dengan ini diharapkan, kerja sama antara Indonesia dengan Australia akan semakin saling memberi keuntungan khususnya melalui program beasiswa 5000 Doktor yang diperuntukkan bagi PTAIN/ PTAIS di seluruh Indonesia. (RSK/RED)

Meskipun sempat turun hujan sore itu, namun tidak menyurutkan antusiasme peserta untuk hadir di Aula Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Acara ini berakhir tepat pada pukul 20.00 WIB setelah  mengadakan diskusi interaktif bersama peserta