Yogyakarta, (Antara Jogja) - Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Yudian Wahyudi menyatakan komitmen perguruan tinggi itu untuk menjadi "world class university" atau universitas kelas dunia.
"Pascasarjana merupakan gerbong terdepan untuk mencapai tujuan tersebut," kata Yudian saat membuka "Studium Generale" dan Konferensi International bertajuk "Knowledge Production, Culture, and Law in the Muslim World", di Yogyakarta, Senin.
Oleh karena itu, menurut dia, berbagai program yang diselenggarakan oleh Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga yang berskala internasional patut diapresiasi.
Ia mengatakan untuk menjadi universitas kelas dunia, UIN Sunan Kalijaga juga membuka program internasional unggulan. Salah satunya adalah International Posdoctoral Program, yang telah memasuki tahun kedua.
"Program yang bertujuan meningkatkan publikasi internasional para dosen itu tidak hanya diikuti akademisi dari dalam negeri, tetapi juga diminati para sarjana dari luar negeri," kata Yudian.
Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Noorhaidi mengatakan pada tahun ajaran 2017/2018 Pascasarjana menerima 178 mahasiswa program magister (S-2) dan 72 mahasiswa program doktor (S-3).
Menurut dia, "studium generale" itu merupakan bagian dari kegiatan orientasi studi mahasiswa baru Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Kegiatan itu wajib diikuti seluruh mahasiswa baru sebelum dimulainya perkuliahan.
Kegiatan itu dikemas dalam bentuk konferensi internasional untuk mengenalkan iklim akademik global kepada mahasiswa baru sejalan dengan visi Pascasarjana menjadi "international research school".
Hadir sebagai narasumber adalah dosen Universitas Notre Dame, Amerika Serikat, Mun`im Sirry dan Guru Besar Universitas Western Cape, Afrika Selatan, Najma Moosa. ***4***
sumber: http://jogja.antaranews.com/
Joint Seminar di Nanyang Technological University Singapore
oleh Rusdi
Gerimis itu jatuh pada Minggu siang, 10 September 2017, tepat ketika pesawat yang membawa kami, rombongan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, landing manis di Bandara Internasional Changi Singapura. Sepanjang koridor menuju pintu keluar ruangan bandara, cuaca menjadi terasa lebih dingin. Dan setelah melalui prosedur pemeriksaan oleh petugas bandara, rombongan kami yang terdiri dari duabelas orang itu pun bergegas menuju ruang parkir. Dua buah mobil yang menjemput kami telah berada di sana, meskipun satu mobil harus menunggu lebih lama karena seorang peserta tertahan beberapa menit di bagian imigrasi setelah mengalami random check.
Dalam perjalanan dari bandara menuju penginapan di lingkungan kampus Nanyang Technological University (NTU), aneka bunga beragam warna yang menghias di sepanjang tepian jalanan, juga pohon-pohon dengan daun-daunnya yang hijau dan tertata rapi, seakan menyambut kedatangan kami. Dan semua pemandangan itu sepertinya sudah cukup mengobati rasa penat sebelum keesokan harinya, Senin 11 September 2017, kami harus mengikuti mini conference yang diselenggarakan S.Rajaratnam School of International Studies (RSIS) yang bekerjasama dengan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dr. Nina Mariani Noor sedang mempresentasikan hasil penelitiannya
tentang Jamaah Ahmadiyah di Indonesia
Kegiatan joint seminar lewat program call for paper yang dilaksanakan RSIS dan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga ini merupakan satu di antara banyak program call for paper lainnya yang ditawarkan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga kepada para mahasiswanya. Program ini memberikan peluang serta kesempatan kepada mahasiswa untuk mendiskusikan ide-ide dan hasil penelitian mereka bersama pihak lain dalam kancah internasional.
Dalam sambutannya pada sesi opening remarks, Prof. Noorhaidi, MA, M.Phil, Ph.D selaku Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengemukakan bahwa, melalui kegiatan seperti ini beliau ingin memberikan pengalaman kepada para mahasiswa untuk ikut merasakan suasana diskusi dalam forum-forum internasional. Di samping itu, melalui kegiatan tersebut, mahasiswa setidaknya memiliki impian untuk terus mengembangkan potensi akademiknya secara lebih luas.
Prof. Noorhaidi memberikan sambutan sebelum acara presentasi
Forum mini conference yang diselenggarakan RSIS dan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga kali ini mengangkat tema “Islam, Globalisation and Activism in Southeast Asia”. Ada tigabelas materi yang dipresentasikan dan didiskusikan dalam kegiatan tersebut di antaranya: The Salafi Discourse on Tauhid al-Asma’ wa al-Sifat and Takfir oleh Mahfuh bin Haji Halimi, Salafi and the State in Indonesia: the case of Madkhalism oleh Dr. Sunarwoto, Reciting the Quran in Indonesia: From living to ruling oleh Ahmad Rafiq, MA., Ph.D.; Regulating the Revelations: Government’s Regulation of Khutbah in Indonesia and Turkey oleh Satrio Dwicahyo Rahadi; Piety and Profit: Managing Islam at Work in Yogyakarta oleh Dr. Najib Kailani; Public Reason as a Framework for Moderation in Approaching Sectarianism oleh Syed Huzaifah bin Othman Alkaf; Social activism and Jemaat Ahmadiyah in Indonesia oleh Dr. Nina Mariani Noor; Sunni-Shi’a Relations in Singapore: Secularism and Political Culture oleh Muhammad Haziq bin Jani.
Dari kalangan mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, mereka yang ikut mempresentasikan hasil penelitian mereka antara lain: Moh. Anwar Salafuddin, Challenging Democratic Indonesia: HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) in Transition, Lutfan Muntaqo, Nahdlatul Ulama’s Efforts to Prevent Radicalism through Social Media; Dahlia Hidayati Online Tasawuf and Re-establishing Religious Authority in Indonesia; Imas Lu’ul Jannah, Popular Quran Reciter: Youth and the New Media in Indonesia; dan Rusdi, Ta’aruf Study as Resistance to Dating Culture among Muslim Student in Indonesia.
Sebagaimana dikemukakan Ambassador Barry Desker dalam sambutannya di sesi welcome remarks bahwa, dari kegiatan mini conference seperti itu diharapkan dapat saling terjadi pertukaran informasi, terutama berkaitan dengan isu-isu actual yang ada di Indonesia dan Asia pada umumnya.
Bagi kelima orang mahasiswa yang ikut hadir dalam acara tersebut, pengalaman mengikuti program mini conference seperti itu tidak sekadar meniscayakan diperolehnya pengalaman berdiskusi dalam kancah internasional lewat paper yang mereka presentasikan. Di samping itu, lewat program tersebut, mahasiswa diharapkan memahami apa yang seharusnya dibenahi dari setiap kekurangan mereka selama ini melalui interaksi dan komunikasi dengan berbagai pihak yang mereka temui. Dengan kata lain, acara seperti itu seharusnya member mereka peluang, pengalaman dan kesempatan untuk membuka wawasan seluas-luasnya lewat interaksi secarain ternasional melalui riset dan karya-karya intelektual. Acara mini conference yang berlangsung selama satu hari penuh di ruang The Key Point RSIS itu kemudian ditutup dengan sesi foto bersama dengan seluruh peserta dan saling tukar kartu nama.
Foto bersama di depan ruang konferensi RSIS
Malam hari, kami rombongan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini kami diberi kesempatan untuk menikmati makan malam di kawasan Chinatown Food Street. Kawasan ini hamper dapat dikatakan sebagai kawasan yang tidak pernah sepi. Tumpukan kursi selalu dipenuhi oleh para turis yang ingin menikmati makan malam mereka di daerah yang banyak dipenuhi dengan ornamen-ornamen China.
Acara makan malam di Chinatown Food Street Singapore
Selesai menikmati acara makan malam di Chinatown Food Street, kami bergegas menuju pusat keramaian lain di Singapura. Kali ini kami menuju Merlion Park, sebuah tempat di mana ikon Singapura berada. Di tempat ini, peserta mini conference dapat menikmati beberapa pemandangan seperti Esplanade, bangunan yang merupakan pusat seni paling aktif di dunia, Singapore River dan Marina Bay Sands yang sedang mempertontonkan atraksi cahayanya. Menjelang tengah malam, kami mengakhiri perjalanan di Mustafa Center Singapore untuk keperluan membeli oleh-oleh yang akan dibawa pulang pada Selasa keesokan harinya.
Rombongan UIN Sunan Kalijaga di Bandara Internasional Changi Singapore
sebelum bertolak ke Indonesia
Malaysia, 16 Agustus 2017. Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan mini-conference bekerjasama dengan Internatioanal Islamic University of Malaysia (IIUM), Kuala Lumpur-Malaysia. Konferensi bertema “Islamic Knowledge, Culture and Law in South-east Asia” ini diikuti oleh dua mahasiswa program Magister (S2) dan 4 mahasiswa Doktor (S3) serta enam orang tetap Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, termasuk Direktur Pascasarjana Prof. Noorhaidi. Konferensi diawali dengan sambutan (welcoming Remark) dari kedua belah pihak. Pihak IIUM diwakili Prof. Farid Sufian Shuaib selaku ketua program conference dan Direktur Pascasarjana AIKOL-IIUM, Prof. Dr. Ashgar Ali Mohammed. Dalam sambutannya, Prof. Ashgar Ali menyampaikan rasa bahagianya sebagai tuan rumah konferensi ini. Dengan adanya program mini-conference ini diharapkan hubungan baik antara Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan IIUM akan semakin harmonis dalam kerjasama mengembangkan keilmuan di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia. Prof. Noorhaidi juga menegaskan bahwa tujuan utama dari mini-conference ini tidak lain ialah untuk mengembangkan riset-riset akademik dan melatih mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk mempresentasikan penelitiannya dalam kapasitas internasional.
Enam mahasiswa yang ikut konferensi ini adalah Muchammadun (S3), Muhammad Makmun (S3), Muhammad Akmaluddin (S3), Muhammad Ikhsanuddin (S3), Unsiyah Siti Marhamah (S2) dan Iin Nur Zulaili (S2). Mereka mempresentasikan makalahnya di hadapan Profesor dan mahasiswa di Ahmad Ibrahim Kulliyah of Laws (AIKOL). Muhammadun mempresentasikan hasil risertnya tentang budaya masyarakat Lombok (NTB) dan Bali. Muhammad Makmun menyampaikan tentang hermeneutik hadits yang berfokus pada Syaikh Muhammad Mahfudz at-Tarmasyi al-Jawi, dengan presentasi menggunakan bahasa Arab. Muhammad Akmaluddin menjelaskan tentang hubungan sosial budaya pada tokoh Bishri Mustofa. Muhammad Ikhsanuddin mempresentasikan tentang perbedaan hubungan inter-religious dalam wacana hukum Islam Ba’tsul Masa’il antara Pesantren Ali Situbondo dan Madrasah Hidayatul Mubtadin Lirboyo. Unsiyah Siti Marhamah menyampaikan tentang Islamic Feminis Pedagogy di Indonesia. Sedang Iin Nur Zulaili mengulas makalahnya tentang wacana persebaran Qur’an di Asia Tenggara, khususnya pada masyarakat kota Indonesia.
Selain mereka, enam dosen Pascasarjana juga mempresentasikan papernya. Prof. Noorhaidi sekaligus sebagai pembuka presentasi mengulas tentang Islam transnational di Asia Tenggara. Prof. Machasin menyampaikan tentang otoritas institusi keagamaan formal dan pemimpin lokal informal. Prof. Karim mengulas tentang kedatangan Islam di Indonesia berdasarkan teori India. Dr. Moch. Nur Ichwan menjelaskan MUI dan gerakan Aksi Bela Islam di Indonesia yang berfokus pada Ulama dan Islamisme. Dr. Phil. Munirul Ikhwan berbicara tentang peninjauan kembali konstruksi sosial pada hukum Islam terkait Scholaticism. Sedang Dr. Mohammad Yunus mengurai pembelajaran akademik Sufisme di Indonesia. Di pihak IIUM, tampil mahasiswi PhD., Nur Hazirah yang mempresentasikan “Whistle Blowing dalam analisis Barat dan perspektif Syari’ah’.
Kegiatan jonit-conference ini diselenggarakan tidak lain untuk membangun intelektual mahasiswa Indonesia, khususnya mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam mengembangkan riset dalam skalan international khususnya di kawasan Asia Tenggara. Selain itu kegiatan ini juga untuk mempererat komunikasi dan kerjasama antar kedua kampus yang terkait.
Mohammad Luthfil Anshori, Toni Pransiska, Aly Aulia
Saat itu, tepat pada tanggal 14 Oktober 2016 kami menginjakkan kaki di negeri para Nabi. Ya, itulah Mesir (Egypt) yang beribukotakan Kairo (Cairo). Perjalanan itu merupakan bagian dari skema kegiatan program Doktor (S3) International Class Program konsentrasi Dirasât al-Islamiyah wa al-‘Arabiyah (DIA), Pogram Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga yang dikemas dalam satu kegiatan bernama Sandwich Program . Kegiatan ini berlangsung selama tiga bulan. Dari bulan Oktober hingga Akhir Desember 2016 yang diadakan atas kerjasama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Canal Suez University, Ismailia
.
Foto sedang berada di depan Kantor Kedubes RI di Cairo
Tepat saat kami tiba, Mesir tengah memasuki musim dingin (syitā). Tentunya, hal itu tak lantas mendinginkan “api” semangat kami untuk menimba ilmu selama disana. Kami mengisi aktivitas akademik dengan beberapa kegiatan; Pertama, Program bimbingan proposal Disertasi (Isyrāf al-Uthrūhah). Mohammad Luthfil Anshori mengangkat proposal penelitian berjudul “Qadliyah al-Faqr wa ‘Ilājuhā min al-Manzhūr al-Qur’āni: Dirāsah fī Fikr Sa’īd al-Nursī wa Atsāruhu Tijah al-Mujtama’ al-Turky” di bawah promotor Prof. Dr. Ahmad Muhammad Awwin. Sementara Toni Pransiska mengangkat tema “al-Manhaj al-Dirāsy li Ta’līm al-Lughah al-‘Arabiyah ‘ala al-Mustawā al-Tsānawi fī Indunisia: Dirāsah Tahlīliyah Binā’iyah fī al-Manhaj” di bawah bimbingan Prof. Dr. Abdurrahim Muhammad al-Kurdy. Saudara Aly Aulia mengambil tema “Mahārāt al-Ittishāl al-Qur’āni: Dirāsah Ta’shīliyah Binā’iyah fī al-Qur’ān al-Karīm” dibimbing oleh Prof. Dr. Hasan Yusuf. Inti kegiatan ini adalah bimbingan akademik baik terkait teknis penulisan, kebahasaan (tashih lughawy), metodologi dan lain sebagainya.
Pertemuan perdana bersama para pembimbing (musyrif)
Kedua, Menghadiri Perkuliahan (Sitting in). Kegiatan ini dilakukan sebagai tukar pengalaman akademik (experience exchange and share) dan merasakan langsung spirit dan dinamika perkuliahan di kelas. Di antaranya, perkuliahan Prof. Dr. Hasan Yusuf bersama para mahasiswa Pascasarjana Universitas Canal Suez selama 3 kali, perkuliahan bersama Prof. Dr. Ahmad Mohammed Awwin, perkuliahan bersama Prof. Dr. Abdul Rahim al-Kurdi, perkuliahan bersama Dr. Hasan Ghanayim. Selain di Universitas Canal Suez, kami juga mengikuti perkuliahan di Universitas ‘Ain Syams bersama Dr. Wael Ali Sayyid.
Usai Sitting in bersama Dr. Wael Ali Sayyid (Dosen Ain Shams University)
Disamping itu, kita juga sempat berbincang-bincang hangat dengan beberapa dosen di Ain Shams University mengenai tema yang akan dibahas. Para dosen juga banyak memberikan banyak informasi terkait referensi penting terkait tema penelitian, literatur, dan sharing pengalaman dalam perkuliahan, karir, dan penelitian.
Foto bersama dengan Prof. Dr. Ahmad Muhammad al-Hanthur (Kaprodi Bahasa Arab dan Dirasah Islamiyah, Ain Shams University ) usai diskusi santai
Ketiga, Eksplorasi Referensi dan Kunjungan Perpustakaan (Jam’ al-Mawād wa Ziyārah al-Makatabah). Kegiatan ini, kami gunakan untuk mengumpulkan referensi dan kepustakaan terkait tema penelitian yang tengah digarap. Kesempatan pertama kami mengeksplore kawasan Darrasah dan Husein, atau di sekitar kawasan Universitas dan masjid al-Azhar. Di sana terdapat puluhan toko buku yang menyediakan beragam referensi dari berbagai disiplin keilmuan. Misalnya Maktabah Taufiqiyyah, Maktabah al-Shafâ, Maktabah al-Adab, Dârul Kutub al-Ilmiyyah, Dâr Ibnu Hazm, Maktabah al-Risâlah, Dâr al-Hadîts, Maktabah Mujallad al-‘Arabi, Dâr al-Salâm, dan lain sebagainya. Setelah itu, kami juga mengunjungi beberapa maktabah di kawasan Nasr City atau Madinat Nasr, antara lain Maktabah Dâr al-Fikr al-‘Arabi, Syirkah Sozler li al-Nashr (Sozler Publication) dan Maktabah Dâr al-Salâm cabang Nasr City. Selain beberapa toko buku di atas, kami juga melakukan eksplorasi referensi di beberapa perpustakaan universitas, seperti Perpustakaan Umum Universitas Canal Suez, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Humaniora Universitas Canal Suez, Perpustakaan Fakultas Tarbiyah Universitas Canal Suez, dan Perpustakaan Fakultas Tafbiyah Universitas Ain Syams di Kairo.
Kunjungan ke Perpustakaan Pusat Suez Canal University, Ismailia
Keempat, Kunjungan situs-situs bersejarah (Visiting of Heritages). Kegiatan ini merupakan pengenalan dan pemahaman sosial-budaya (cultural Understanding) masyarakat Mesir melalui situs-situs bersejarah yang sarat dengan perkembangan peradaban Mesir Kuno saat itu. Terkahir, Program ini sangat berkontribusi besar bagi pengembangan dan peningkatan keberlanjutan (continous improvement) dalam dunia akademik mahasiswa. Sehingga dengan adanya program ini, mahasiswa peserta Sandwich termotivasi untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan akademiknya. Di samping juga, merasakan dan mengalami langsung (direct experience) “iklim” akademik dan spirit intelektualitas di Timur Tengah (Mesir).
Foto usai penyerahan piagam Penghargaan Atas Partisipasi aktif selama program Sandwich di Suez Canal University, Ismailia
Gelar akademik adalah lambang dari penguasaan satu bidang ilmu tertentu. Karena itu, penetapan gelar akademik harus merepresentasikan disiplin keilmuan yang dilekatkan padanya. Dengan begitu, seseorang dapat dengan mudah diidentifikasi keahliannya berdasarkan gelar yang disandangnya.
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) sebagai institusi pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) telah memiliki acuan penetapan gelar akademik berdasarkan PMA 33 Tahun 2016 tentang Gelar Akademik Perguruan Tinggi Keagamaan. Gelar akademik sebagaimana ditetapkan dalam peraturan tersebut tentunya telah mempertimbangkan disiplin keilmuan masing-masing program studi di PTKI baik untuk jenjang Sarjana (S1), Magister (S2), dan Doktor (S3).
Namun demikian, rupanya tidak semua program studi terwakili oleh gelar akademik yang telah ditetapkan Kemenag. Salah satunya Prodi S2 Interdisciplinary Islamic Studies/IIS (Studi Islam Interdisipliner) Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Menurut PMA 33, gelar akademik lulusan Prodi S2 IIS adalah M.Ag. (Magister Agama). Gelar ini dirasakan kurang representatif menggambarkan kompetensi keilmuan dan keahlian lulusan IIS.
Hal ini karena Prodi IIS memayungi berbagai disiplin keilmuan dalam rumpun humaniora dan sosial yang dipadukan secara integratif-interkonektif. Prodi IIS memayungi 10 konsentrasi yaitu: Pekerjaan Sosial (PS), Ilmu Perpustakaan dan Informasi (IPI), Islam Nusantara (IN), Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik (IPKP), Kajian Komunikasi dan Masyarakat Islam (KKMI), Hermeneutika Al-Qur’an (HA), Islam dan Kajian Gender (IKG), Kajian Timur Tengah (KTT), Studi Disabilitas dan Pendidikan Inklusif (SDPI), Kajian Maqasid dan Analisis Strategik (KMAS). Karena itu, diperlukan gelar akademik yang universal agar dapat mengakomodasi semua konsentrasi tersebut.
Gelar akademik universal yang dipakai untuk Program Studi Sosial dan Humaniora adalah M.A. (Master of Arts). Beberapa program studi intertidisiplin di Indonesia menggunakan gelar akademik M.A. seperti Prodi CRCS Universitas Gadjah Mada (UGM). Berdasarkan pertimbangan tersebut, Pascasarjana memohon pada Rektor UIN Sunan Kalijaga untuk menerbitkan surat keputusan tentang gelar M.A. bagi lulusan IIS. Permohonan tersebut telah disetujui melalui Keputusan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Nomor 131 Tahun 2017 tentang Gelar Akademik Program Magister Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies (IIS) pada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tanggal 21 Juli 2017.
Sebelumnya, Rektor UIN Sunan Kalijaga juga telah menyampaikan surat permohonan penetapan gelar akademik M.A. bagi Prodi IIS kepada Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag RI pada tanggal 16 Februari 2017. Menurut Pasal 2 PMA 33 Tahun 2016, gelar akademik bersifat akomodatif terhadap perkembangan ilmu. Karena itu, sudah selayaknya jika gelar akademik bagi lulusan Prodi IIS adalah M.A. yang memayungi semua disiplin keilmuan di dalamnya.
Sambil menunggu penetapan Kemenag, keluarnya Keputusan Rektor No. 131 Tahun 2017 telah dapat menjadi dasar penggunaan gelar M.A. bagi lulusan IIS terhitung sejak dikeluarkannya keputusan tersebut pada tanggal 21 Juli 2017. Untuk itu, mulai Wisuda Periode IV Tahun Akademik 2016/2017 lulusan Prodi IIS telah dapat menyandang gelar M.A.